Tugas Mendesak Kaum Buruh dalam Peringatan Mayday 2013: Terus Perkuat Persatuan, Perbesar Kekuatan untuk Melawan Kebijakan Rejim SBY-Budiono, Junk WTO!
Hari Buruh Internasional atau yang lebih dikenal dengan Mayday merupakan hari yang memiliki makna mendalam bagi seluruh kaum buruh di dunia. Dalam waktu dekat, jutaan kaum buruh diseluruh penjuru dunia akan kembali memperingati Mayday 2013 dengan berbagai aktifitas dan kegiatannya masing-masing. Di Indonesia, dalam lima tahun terakhir peringatan Mayday terus mengalami peningkatan , bahkan meluas hingga kebebrbagai kota, sebagai penanda bahwa semakin banyak kaum buruh dan rakyat di Indonesia yang memahami tentang arti penting dibalik peringatan Hari Buruh Internasional.
Bagi kaum buruh, bahwa momentum peringatan Mayday tidak boleh hanya menjadi sebuah peringatan semata tanpa memahami secara mendalam makna yang menjadi dasar obyektif kenapa kita sebagai kaum buruh dan rakyat Indonesia harus memperingati Hari Buruh Internasional, yang tidak lain dan tidak bukan adalah untuk melanjutkan semangat perjuangan kaum buruh yang begitu patriotik membebaskan diri dari belenggu penindasan sekaligus memaksa kapitalisme untuk mengurangi keuntungannya dengan dihapuskannya jam kerja yang panjang. Kini, setelah lebih dari 100 tahun perjuangan heroik kaum buruh berjuang menghapuskan jam kerja yang panjang, tugas dan tanggung jawab tersebut harus dilanjutkan.
Memaknai peringatan Mayday tidak hanya sebatas ceremony memiliki pesan bahwa dalam peringatan Hari Buruh Internasional 2013 selayaknya digunakan bagi kaum buruh untuk terus memperkuat persatuan. Harus menjadi pemahaman bersama, begitu banyak persoalan yang saat ini mengemuka dan dialami oleh rakyat Indonesia selain problem dimasing-masing sektor masyarakat tentunya. Ada problem perampasan tanah kaum tani di pedesaan dalam ekspansi perkebunan besar yang kian masif, problem akses mendapatkan pendidikan yang masih sangat terbatas, masalah-masalah kesehatan bagi perempuan dan anak, tidak adanya perlindungan yang sejati bagi buruh migran yang bekerja di luar negeri serta segudang masalah lainnya. Seluruh masalah ini berakar pada kebijakan rejim SBY-Budiono yang tidak pernah menyentuh atau berpihak kepada rakyat Indonesia. Rejim ini jauh lebih mementingkan kepentingan kapitalisme monopoli, menjalankan apa yang menjadi keinginannya tanpa pernah peduli akan kehidupan rakyatnya. Kaum buruh penting memahami situasi yang demikian untuk kemudian menggalang dan memperkuat persatuan, tidak hanya sebatas sektoral buruh semata namun harus sanggup menjangkau seluruh sektor yang ada didalam masyarakat. Persatuan diantara sektor-sektor masyarakat inilah yang sesungguhnya mempunyai kedudukan dan peranan penting didalam perjuangan, yang akan memberikan jaminan kemenangan bagi rakyat Indonesia setahap demi setahap.
Hingga saat ini, kaum buruh di Indonesia masih menghadapi persoalan perampasan upah yang berlangsung secara sistematis. Kepmen 231/2003 tentang Tata Cara Penangguhan Upah adalah salah satu instrumennya. Keberadaan Kepmen ini yang membuat lebih dari seribu perusahaan tahun ini menangguhkan upah bahkan melakukan PHK. Masih dipertahankannya sistem kerja kontrak jangka pendek dan outsourcing, jaminan sosial yang tidak ditanggung sepenuhnya oleh negara melainkan dibebankan kepada kaum buruh adalah skema penindasan yang lainnya. Belum lagi berbagai tindakan kekerasan terhadap buruh dan pemberangusan serikat buruh yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari problem pokok kaum buruh saat ini.
Diaspek yang lebih umum, ada problem tentang pencabutan subsidi yang terus dilakukan oleh pemerintah. Jika pada awal tahun kemarin pemerintah telah memulai mengurangi subsidi Tarif Dasar Listrik (TDL), dibulan April ini pemerintah sudah berencana untuk mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang artinya akan menaikkan harga BBM dan mengorbankan kepentingan rakyat termasuk kaum buruh.
Momentum Mayday tahun ini akan terasa lebih istimewa karena Indonesia menjadi tuan rumah bagi penyelenggaraan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) World Trade Organization (WTO), organisasi perdagangan dunia. Junk WTO! akan menjadi salah satu tuntutan yang diusung dalam peringatan Mayday. Ini adalah bukti bahwa organisasi serikat buruh sejati tidak memandang bahwa persoalan yang terjadi dinegeri ini berdiri sendiri. Organisasi ini mengakui bahwa dominasi imperialisme di Indonesia menjadi salah satu sumber masalah bagi rakyat, dan WTO sebagai organisasi perdagangan dunia tidak lebih sebagai sarana bagi imperialisme untuk semakin menancapkan dominasinya terhadap negeri-negeri seperti Indonesia. WTO menginginkan dihapuskannya segala bentuk hambatan-hambatan didalam perdagangan, lembaga ini menginginkan terjadinya Kesepakatan Perdagangan Bebas (FTA) diseluruh kawasan, dimana barang-barang yang masuk kedalam kawasan FTA tidak perlu dipungut atau dibebani oleh pajak. Tentu saja, hal ini akan menghancurkan produksi dalam negeri Indonesia. Pasar-pasar di Indonesia akan dibanjiri oleh barang-barang produksi imperialis, rakyat Indonesia dipaksa membeli barang produksi tersebut dan memberikan keuntungan yang berlipat bagi negeri-negeri imperialis. Liberalisasi perdagangan yang demikian harus diakhiri karena tidak memberikan keuntungan bagi rakyat Indonesia. Kaum buruh di Indonesia harus terlibat aktif dalam kampanye Junk WTO! ini termasuk pada penyelenggaraan KTM-9 WTO Desember 2013 di Bali.
Memaknai peringatan Mayday tidak hanya sebatas ceremony memiliki pesan bahwa dalam peringatan Hari Buruh Internasional 2013 selayaknya digunakan bagi kaum buruh untuk terus memperkuat persatuan. Harus menjadi pemahaman bersama, begitu banyak persoalan yang saat ini mengemuka dan dialami oleh rakyat Indonesia selain problem dimasing-masing sektor masyarakat tentunya. Ada problem perampasan tanah kaum tani di pedesaan dalam ekspansi perkebunan besar yang kian masif, problem akses mendapatkan pendidikan yang masih sangat terbatas, masalah-masalah kesehatan bagi perempuan dan anak, tidak adanya perlindungan yang sejati bagi buruh migran yang bekerja di luar negeri serta segudang masalah lainnya. Seluruh masalah ini berakar pada kebijakan rejim SBY-Budiono yang tidak pernah menyentuh atau berpihak kepada rakyat Indonesia. Rejim ini jauh lebih mementingkan kepentingan kapitalisme monopoli, menjalankan apa yang menjadi keinginannya tanpa pernah peduli akan kehidupan rakyatnya. Kaum buruh penting memahami situasi yang demikian untuk kemudian menggalang dan memperkuat persatuan, tidak hanya sebatas sektoral buruh semata namun harus sanggup menjangkau seluruh sektor yang ada didalam masyarakat. Persatuan diantara sektor-sektor masyarakat inilah yang sesungguhnya mempunyai kedudukan dan peranan penting didalam perjuangan, yang akan memberikan jaminan kemenangan bagi rakyat Indonesia setahap demi setahap.
Hingga saat ini, kaum buruh di Indonesia masih menghadapi persoalan perampasan upah yang berlangsung secara sistematis. Kepmen 231/2003 tentang Tata Cara Penangguhan Upah adalah salah satu instrumennya. Keberadaan Kepmen ini yang membuat lebih dari seribu perusahaan tahun ini menangguhkan upah bahkan melakukan PHK. Masih dipertahankannya sistem kerja kontrak jangka pendek dan outsourcing, jaminan sosial yang tidak ditanggung sepenuhnya oleh negara melainkan dibebankan kepada kaum buruh adalah skema penindasan yang lainnya. Belum lagi berbagai tindakan kekerasan terhadap buruh dan pemberangusan serikat buruh yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari problem pokok kaum buruh saat ini.
Diaspek yang lebih umum, ada problem tentang pencabutan subsidi yang terus dilakukan oleh pemerintah. Jika pada awal tahun kemarin pemerintah telah memulai mengurangi subsidi Tarif Dasar Listrik (TDL), dibulan April ini pemerintah sudah berencana untuk mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang artinya akan menaikkan harga BBM dan mengorbankan kepentingan rakyat termasuk kaum buruh.
Momentum Mayday tahun ini akan terasa lebih istimewa karena Indonesia menjadi tuan rumah bagi penyelenggaraan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) World Trade Organization (WTO), organisasi perdagangan dunia. Junk WTO! akan menjadi salah satu tuntutan yang diusung dalam peringatan Mayday. Ini adalah bukti bahwa organisasi serikat buruh sejati tidak memandang bahwa persoalan yang terjadi dinegeri ini berdiri sendiri. Organisasi ini mengakui bahwa dominasi imperialisme di Indonesia menjadi salah satu sumber masalah bagi rakyat, dan WTO sebagai organisasi perdagangan dunia tidak lebih sebagai sarana bagi imperialisme untuk semakin menancapkan dominasinya terhadap negeri-negeri seperti Indonesia. WTO menginginkan dihapuskannya segala bentuk hambatan-hambatan didalam perdagangan, lembaga ini menginginkan terjadinya Kesepakatan Perdagangan Bebas (FTA) diseluruh kawasan, dimana barang-barang yang masuk kedalam kawasan FTA tidak perlu dipungut atau dibebani oleh pajak. Tentu saja, hal ini akan menghancurkan produksi dalam negeri Indonesia. Pasar-pasar di Indonesia akan dibanjiri oleh barang-barang produksi imperialis, rakyat Indonesia dipaksa membeli barang produksi tersebut dan memberikan keuntungan yang berlipat bagi negeri-negeri imperialis. Liberalisasi perdagangan yang demikian harus diakhiri karena tidak memberikan keuntungan bagi rakyat Indonesia. Kaum buruh di Indonesia harus terlibat aktif dalam kampanye Junk WTO! ini termasuk pada penyelenggaraan KTM-9 WTO Desember 2013 di Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar dan jangan meninggalkan komentar spam.