Pernyataan Sikap IPA dalam Aksi 8 Oktober 2013
Rute ; Tugu Tani-Kemendag-Kedubes AS-Istana (Star Aksi 10.00 WIB)
LAWAN SKEMA KERJASAMA GLOBAL ANTI RAKYAT
BANGUN KERJASAMA PERDAGANGAN YANG ADIL DAN MENGABDI PADA RAKYAT
JUNK APEC JUNK WTO !
Sejak krisis
ekonomi yang terjadi pada tahun 2008, dunia terus menghadapi situasi
perekonomian yang semakin memburuk. Berbagai skema kebijakan ekonomi didorong
untuk dapat menciptakan solusi atas krisis, namun demikian tidak menunjukkan
jalan keluar yang terang. Pemberian dana talangan, menghilangkan
hambatan-hambatan perdagangan melalui kerjasama bilateral, regional dan
multilateral menjadi upaya yang didesakkan negeri-negeri imperialis untuk
secepatnya keluar dari krisis. Pertemuan Asia Pacific Economic Cooperation
(APEC) dan World Trade Organization (WTO) yang akan dihelat di Bali tahun ini
digadang-gadang dapat membuahkan hasil yang maksimal, mengurai kemandegan
perundingan dan menciptakan kesepakatan-kesepakatan baru.
Mengusung
tema “Resilient Asia Pacific, Engine of Global Growth”. Tema ini dipilih sesuai
dengan situasi krisis dunia yang berkepanjangan, dengan mendepankan tiga
agenda; Mencapai Tujuan Bogor Goals (attaining Bogor Goal’s), Mencapai
Pertumbuhan yang Merata dan Berkelanjutan (sustainable growth with equity)
dan Memperkuat Konekvitas (promoting connectivity). Pada
pembukaan KTT para CEO APEC 2013 ( APEC CEO Summit ) SBY menyampaikan perlunya
untuk meneruskan liberalisasi perdagangan di anggota Kerjasama Ekonomi Asia
Pasifik (APEC) guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pertemuan
yang akan berakhir hari ini sesungguhnya memiliki dasar situasi obyektif yang
serupa dengan pertemuan APEC 1999 di Selandia Baru, dimana saat itu juga
terjadi gelombang krisis ekonomi diberbagai negeri. Pada pertemuan APEC di
Selandia Baru, disepakati bahwa dalam upaya mempercepat pemulihan ekonomi
adalah dengan jalan liberalisasi perdagangan melalui skema Free Trade
Agreement (FTA), dimana seluruh negara dapat bersaing secara bebas atas
barang produksinya dipasar dunia, disertai dengan ilusi bahwa negara-negara
berkembang juga akan mendapatkan keuntungan dari skema ini. Faktanya, tingkat
perkembangan dunia saat ini telah berada pada fase kapitalisme monopoli,
artinya bukan lagi perdagangan bebas yang eksis namun sebaliknya yang terjadi
saat ini adalah monopoli perdagangan, dan tentu saja akan memberikan keuntungan
bagi kapitalisme monopoli.
Bagi rakyat
Indonesia, KTT APEC ini tidak akan pernah memberikan keuntungan bagi rakyat.
Sebagai tuan rumah, pemerintah Indonesia hanya berperan sebagai pemberi
fasilitas kepentingan negeri-negeri kapitalis monopoli dan memberikan jalan
untuk melakukan monopoli dipelbagai sektor melalui skema neoliberal. Melalui
isu Trans Pacific Partnership Agreement (TPPA) dan program Public
Private Partnership (PPP), negara-negara kapitalis monopoli berusaha
mengukuhkan dominasinya melalui skema kerjasama regional.
Pertemuan
APEC hanya akan merampas hak-hak dasar rakyat atas kekayaan sumber daya
alamnya. Dibalik pertemuan APEC, tersimpan berbagai agenda liberalisasi yang
sengaja diciptakan oleh imperialisme untuk semakin mengintensifkan penetrasi
perdagangan mereka terhadap negara-negara dikawasan Asia Pasifik.
Konsekuensinya, rakyat akan menghadapi persoalan yang lebih dalam dan jauh lebih
masif. Kaum tani akan menghadapi monopoli atas harga sarana dan hasil produksi,
buruh akan menghadapi perampasan upah melalui skema upah murah tanpa
mendapatkan jaminan kepastian kerja. Sektor lingkungan semakin
hancur akibat investasi skala besar asing yang terus memonopoli dan merampok
sumberdaya alam Indonesia.
Oleh karena itu, menjadi penting kemudian bagi rakyat di negara
berkembang (Indonesia) dan dunia pada umumnya terlibat aktif menyebarluaskan
penolakan atas hasil KTT APEC 1-8 Oktober 2013. Rakyat harus menolak dan
melawan segala skema kerjasama yang akan dihasilkan dalam pertemuan. Kerjasama
ini akan menghilangkan kedaulatan dan kemandirian rakyat atas kekayaan alam di
negaranya.
Rakyat
Indonesia harus memiliki agenda alternatif sebagai counter atas skema
monopoli yang coba dipaksakan melalui pertemuan APEC. Agenda alternatif
tersebut harus berbasiskan pada kerangka reform ekonomi dan sosial yang
komprehensif. Agenda alternatif ini harus mempunyai tujuan untuk merebut
kembali kedaulatan dan kontrol rakyat Indonesia dari kapitalisme monopoli,
serta menegakkan kepentingan rakyat diatas kepentingan lainnya. Kebijakan
investasi dan perdagangan yang dikembangkan haruslah mengabdi kepada rakyat
dengan memegang prinsip-prinsip; kedaulatan, integritas teritorial,
non-intervensi, saling menguntungkan, self determination dan bersandarkan pada
kekuatan atau kapasitas nasional.
Atas
pertemuan KTT APEC yang akan diselenggarakan di Bali, kami dari Indonesian
People’s Alliance (IPA)/Aliansi Rakyat Indonesia menyatakan sikap:
- Tolak Rejim Perdagangan Global dan Bangun kerjasama perdagangan yang adil dan mengabdi kepada rakyat;
- Menolak segala bentuk skema kerjasama yang dihasilkan dalam pertemuan KTT APEC di Bali karena tidak memberikan manfaat bagi rakyat Indonesia
- Campakan APEC, Campakan WTO
IPA juga
menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia dan Asia Pasifik untuk ;
- Melakukan kampanye penolakan terhadap hasil dari pertemuan KTT APEC
- Perkuat konsolidasi dan gerakan rakyat asia pasifik untuk menghadang agenda Liberalisasi perdagangan
- Perkuat persatuan rakyat di Asia Pasifik untuk membangun satu model perdagangan yang mengabdi kepada rakyat
- Bangun perlawanan di berbagai negeri berkembang untuk melawan rejim korporasi yang hanya berpihak kepada kapitalis monopoli asing
Hidup Rakyat Indonesia
Jayalah Perjuangan Massa
Aliansi Rakyat Indonesia/ Indonesia Peoples Alliance
CP :
Irhash Ahmady (081572222066)
Rudhi HB Daman (081213172878)
Anggota IPA :
Walhi, Gabungan Serikat Buruh Independen (GSBI),
Solidaritas Perempuan (SP), Persatuan Pers Mahasiswa Indonesia (Indonesian Student
Press Association), Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB
PMII), Front Mahasiswa Nasional (FMN), Lembaga Informasi Perburuhan Sedane
(LIPS), Lembaga Kajian untuk Studi Demokrasi dan Nasional (INDIES), Serikat
Pekerja Percetakan Penerbitan Media Informasi-SPSI (PPMI-SPSI), Gerakan Pemuda
Patriotik Indonesia (GPPI), Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), Aliansi
Mahasiswa Papua (AMP), Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia (ATKI), Gerakan Rakyat
Indonesia (GRI), Aksi, Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), Sawit Watch,
PBHI Jakarta, KPSHK, SPKS, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, ADRA Indonesia,
Yakkum, RAG, Fatayat NU, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI),
Serikat Perempuan Indonesia (Seruni), Yayasan Satu Dunia, Pusaka Indonesia,
PKBI, K-SBSI, Gema Indonesia, BIMA, PUSAKA, Konsorsium Permbaruan Agraria,
SBSI 92, JKPP, Gaspermindo, Pergerakan Indonesia, LBH Jakarta, SEMAR UI, RTN,
JAPI, IKG, Komite Aksi Perempuan, Demos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar dan jangan meninggalkan komentar spam.