Ratusan Buruh Migran Berunjuk Rasa
18/12/2008 13:30//http://www.liputan6.com/ibukota/?id=170030 Liputan6.com, Jakarta: Ratusan buruh migran berdemonstrasi dengan berjalan kaki...
https://www.infogsbi.or.id/2009/01/ratusan-buruh-migran-berunjuk-rasa.html?m=0
18/12/2008 13:30//http://www.liputan6.com/ibukota/?id=170030
Liputan6.com, Jakarta: Ratusan buruh migran berdemonstrasi dengan berjalan
kaki dari Bunderan Hotel Indonesia menuju Istana Negara, Jakarta Pusat,
Kamis (18/12) siang. Aksi ini guna peringatan Hari Buruh Migran se-Dunia.
Massa sempat tertahan saat memasuki kawasan Istana Negara. Polisi
menghalangi mereka lantaran membawa alat-alat pengeras suara.
Meski demikian, koordinator aksi tetap optimistis mengarahkan massa ke
Istana Negara. Mereka akan menggelar aksi teatrikal di lokasi tersebut.
Para buruh memiliki 17 tuntutan, terutama soal kepedulian pemerintah akan
nasib mereka di luar negeri.
Sejumlah pengunjuk rasa mengatakan, ada 3.000 kasus yang menimpa buruh
migran namun hingga kini tak terselesaikan. Para buruh menilai pemerintah
tak berdaya memperjuangkan nasib mereka. Padahal, keberadaan buruh migran
telah meningkatkan devisa negara hingga Rp 84 triliun.
Kondisi itu diperparah dengan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK)
sekitar 300 ribu buruh di Malaysia. Rencana PHK juga mengancam 3.000 buruh
di Taiwan serta Korea Selatan. Karena itu, mereka menuntut pemerintah
segera membuat undang-undang perlindungan buruh migran dan meratifikasi
konvensi internasional 1990 tentang hak pekerja migran.
Posisi buruh migran memang tergolong lemah. Kebanyakan dari mereka
berangkat ke luar negeri tanpa izin lengkap. Mayoritas buruh dikirim ke
Negeri Jiran. Sepanjang 2008, ada 35 ribu buruh yang dideportasi melalui
Pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
Banyak para buruh yang tak mendapatkan upah saat bekerja di Malaysia.
Mereka bahkan menerima perlakuan tak manusiawi. Harapan untuk mendulang
ringgit pupus seketika. Mereka justru tiba di Tanah Air tanpa memilki uang
sepeser pun. Ironisnya, sekitar 70 persen buruh migran adalah perempuan.
Mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga, pekerja perkebunan, dan
manufaktur.(IKA/Humala Nasution dan Triwibowo)
--
Liputan6.com, Jakarta: Ratusan buruh migran berdemonstrasi dengan berjalan
kaki dari Bunderan Hotel Indonesia menuju Istana Negara, Jakarta Pusat,
Kamis (18/12) siang. Aksi ini guna peringatan Hari Buruh Migran se-Dunia.
Massa sempat tertahan saat memasuki kawasan Istana Negara. Polisi
menghalangi mereka lantaran membawa alat-alat pengeras suara.
Meski demikian, koordinator aksi tetap optimistis mengarahkan massa ke
Istana Negara. Mereka akan menggelar aksi teatrikal di lokasi tersebut.
Para buruh memiliki 17 tuntutan, terutama soal kepedulian pemerintah akan
nasib mereka di luar negeri.
Sejumlah pengunjuk rasa mengatakan, ada 3.000 kasus yang menimpa buruh
migran namun hingga kini tak terselesaikan. Para buruh menilai pemerintah
tak berdaya memperjuangkan nasib mereka. Padahal, keberadaan buruh migran
telah meningkatkan devisa negara hingga Rp 84 triliun.
Kondisi itu diperparah dengan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK)
sekitar 300 ribu buruh di Malaysia. Rencana PHK juga mengancam 3.000 buruh
di Taiwan serta Korea Selatan. Karena itu, mereka menuntut pemerintah
segera membuat undang-undang perlindungan buruh migran dan meratifikasi
konvensi internasional 1990 tentang hak pekerja migran.
Posisi buruh migran memang tergolong lemah. Kebanyakan dari mereka
berangkat ke luar negeri tanpa izin lengkap. Mayoritas buruh dikirim ke
Negeri Jiran. Sepanjang 2008, ada 35 ribu buruh yang dideportasi melalui
Pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
Banyak para buruh yang tak mendapatkan upah saat bekerja di Malaysia.
Mereka bahkan menerima perlakuan tak manusiawi. Harapan untuk mendulang
ringgit pupus seketika. Mereka justru tiba di Tanah Air tanpa memilki uang
sepeser pun. Ironisnya, sekitar 70 persen buruh migran adalah perempuan.
Mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga, pekerja perkebunan, dan
manufaktur.(IKA/Humala Nasution dan Triwibowo)
--