Ribuan Buruh Serbu Gedung Sate Tuntut Sejuta Lapangan Kerja
Senin, 4 Mei 2009 Ribuan buruh datangi Gedung Sate untuk menagih janji Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, yang dalam kampanyenya sebelum me...
https://www.infogsbi.or.id/2009/05/ribuan-buruh-serbu-gedung-sate-tuntut.html?m=0
Senin, 4 Mei 2009 Ribuan buruh datangi Gedung Sate untuk menagih janji Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, yang dalam kampanyenya sebelum menjadi Gubernur Jawa Barat akan membuka sejuta lapangan pekerjaan. Namun sebelum janji tersebut dipenuhi, banyak pabrik di Jabar yang justru memberhentikan buruhnya dengan sistem kontrak yang menjerat dan merugikan buruh.
"Sejuta lapangan pekerja itu hingga saat ini belum terelalisasikan dan malah semakin menjerat dengan sistem kontrak yang sangat menyengsarakan kaum buruh," ungkap Ketua Aliansi Serikat Pekerja (ASP) Jabar Ristadi. "Kami menagih janji Gubernur dan meminta Gubernur untuk merekomendasikan revisi Undang-undang Tenaga Kerja ke DPR," tegasnya.
Sementara pada Selasa 19 Mei 2009 Ribuan buruh se-Bandung Raya menggereduk Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Bandung. Ribuan buruh datang dengan menggunakan sepeda motor dan kendaraan lainnya. Mereka membawa atribut seperti bendera, spanduk, poster dan lain-lain. Kendati demikian, aksi berlangsung aman terkendali. Satu water canon dan 600 personel polisi siaga mengawal aksi.
Mereka datang untuk menolak nota kesepahaman sejuta lapangan kerja antara Pemprov Jabar dengan Jamsostek karena dinilai merugikan. Dibukanya lapangan kerja tersebut, diakui buruh, menggunakan dana Jamsostek yang tak lain adalah hak mereka. Hal itu dianggap menyalahi ketentuan hukum.
Aksi ini dipicu penandatangan nota kesepahaman antara Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dengan Dirut Jamsostek tentang pelatihan, sertifikasi serta penempatan yang dilakukan di Gedung Sate, Maret lalu. Dana itu diduga diambil dari program Corporate Sosial Responsibility (CSR) Jamsostek sebesar Rp10 Miliar.
dalam orasinya peserta aksi mengatakan, nota kesepahaman yang dilakukan Heryawan dengan Dirut Jamsostek tersebut menyalahi peraturan hukum tentang ketenagakerjaan. Dimana setiap buruh yang mendapatkan program tersebut, mendapatkan dana dari Jamsostek sekira satu juta per orang. "Dana Jamsostek itu bagian hak kami. Kami butuh penjelasan mengenai hal tersebut," jelasnya. Setelah satu jam menggelar unjuk rasa, beberapa perwakilan buruh diperbolehkan masuk ke Gedung Sate dan bertemu dengan pihak Pemprov Jabar.
"Sejuta lapangan pekerja itu hingga saat ini belum terelalisasikan dan malah semakin menjerat dengan sistem kontrak yang sangat menyengsarakan kaum buruh," ungkap Ketua Aliansi Serikat Pekerja (ASP) Jabar Ristadi. "Kami menagih janji Gubernur dan meminta Gubernur untuk merekomendasikan revisi Undang-undang Tenaga Kerja ke DPR," tegasnya.
Sementara pada Selasa 19 Mei 2009 Ribuan buruh se-Bandung Raya menggereduk Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Bandung. Ribuan buruh datang dengan menggunakan sepeda motor dan kendaraan lainnya. Mereka membawa atribut seperti bendera, spanduk, poster dan lain-lain. Kendati demikian, aksi berlangsung aman terkendali. Satu water canon dan 600 personel polisi siaga mengawal aksi.
Mereka datang untuk menolak nota kesepahaman sejuta lapangan kerja antara Pemprov Jabar dengan Jamsostek karena dinilai merugikan. Dibukanya lapangan kerja tersebut, diakui buruh, menggunakan dana Jamsostek yang tak lain adalah hak mereka. Hal itu dianggap menyalahi ketentuan hukum.
Aksi ini dipicu penandatangan nota kesepahaman antara Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dengan Dirut Jamsostek tentang pelatihan, sertifikasi serta penempatan yang dilakukan di Gedung Sate, Maret lalu. Dana itu diduga diambil dari program Corporate Sosial Responsibility (CSR) Jamsostek sebesar Rp10 Miliar.
dalam orasinya peserta aksi mengatakan, nota kesepahaman yang dilakukan Heryawan dengan Dirut Jamsostek tersebut menyalahi peraturan hukum tentang ketenagakerjaan. Dimana setiap buruh yang mendapatkan program tersebut, mendapatkan dana dari Jamsostek sekira satu juta per orang. "Dana Jamsostek itu bagian hak kami. Kami butuh penjelasan mengenai hal tersebut," jelasnya. Setelah satu jam menggelar unjuk rasa, beberapa perwakilan buruh diperbolehkan masuk ke Gedung Sate dan bertemu dengan pihak Pemprov Jabar.