Tuntut Pekerjaan Layak, FPR Sumpal Mulut Pakai Sepatu
Tuntut Pekerjaan Layak, FPR Sumpal Mulut Pakai Sepatu Detik BandungBandung - Sebanyak 5 orang yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat (...
https://www.infogsbi.or.id/2009/11/tuntut-pekerjaan-layak-fpr-sumpal-mulut.html?m=0
Tuntut Pekerjaan Layak, FPR Sumpal Mulut Pakai Sepatu
Detik BandungBandung - Sebanyak 5 orang yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat (FPR) menuntut pemerintah menyediakan lapangan kerja yang layak sekolah menggratiskan sekolah dan kuliah murah bagi anak buruh.
2 orang pendemo menyumpal mulutnya dengan sepatu karena prihatin dengan banyaknya pemuda yang tidak bekerja sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Mereka juga bertelanjang dada dan menyumpal sepasang telinganya dengan kaos kaki.
Aksi tersebut dilakukan di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Rabu (18/11/2009) dalam rangka Peringatan Hari Mahasiswa Internasional, Selasa (17/11/2009) kemarin.
Selain menumpal mulut dengan sepatu, salah seorang pendemo juga beradegan seperti mahasiswa autis yang berlaku diam seperti orang yang acuh tak acuh. Sebagai gambaran, orang tersebut tahu persoalan masyarakat tapi tidak berbuat apa-apa.
Mereka juga membawa poster bertuliskan 'Mahasiwa dibungkam dijejali pendidikan sampah', 'Lapangan kerja makin hilang', dan 'Yang Ada Tinggal Menjadi Buruh Kasar dan Upah Rendah'.
Dikatakan Humas FPR Dije, saat ini mahasiswa dijejali dengan ragam teori-teori yang pada intinya tidak berkaitan dengan kehidupan di masyarakat.
"Simbolnya kita sebagai mahasiswa sudah tidak bisa berbicara kritis dan omongan-omongan pemuda juga sudah tidak didengar lagi oleh pemerintah," ujarnya di sela-sela aksi.
Menurut Dije, industri di Indonesia bergantung pada kekuatan modal asing. "Industri yang berkembang adalah industri dengan teknologi rendahan dan bukan industri nasional yang mampu menyerap tenaga kerja ahli dan terampil," kata Dije.
Industri dengan teknologi rendahan seperti manufaktur dan rakitan ini, kata Dije, tidak membutuhkan tenaga kerja ahli dan terampil, tetapi hanya butuh tenaga kerja yang siap diupah murah dengan keterampilan rendah.
Lebih lanjut Dije mengatakan, mahasiswa berhadapan dengan persoalan lapangan kerja. Di negara berkembang yang tidak mengenal jaminan sosial untuk penganguran, seseorang tidak mungkin menganggur, hingga untuk menyambung hidupnya pemuda harus bekerja apa saja.
"Tidak heran, jika banyak sarjana menganggur dan berprofesi tidak sesuai dengan disiplin ilmunya, ini merupakan hal yang memprihatinkan, karena banyak lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan ilmu yang dimiliki, bahkan jadi buruh pabrik," pungkasnya.
(avi/ern)
Detik BandungBandung - Sebanyak 5 orang yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat (FPR) menuntut pemerintah menyediakan lapangan kerja yang layak sekolah menggratiskan sekolah dan kuliah murah bagi anak buruh.
2 orang pendemo menyumpal mulutnya dengan sepatu karena prihatin dengan banyaknya pemuda yang tidak bekerja sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Mereka juga bertelanjang dada dan menyumpal sepasang telinganya dengan kaos kaki.
Aksi tersebut dilakukan di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Rabu (18/11/2009) dalam rangka Peringatan Hari Mahasiswa Internasional, Selasa (17/11/2009) kemarin.
Selain menumpal mulut dengan sepatu, salah seorang pendemo juga beradegan seperti mahasiswa autis yang berlaku diam seperti orang yang acuh tak acuh. Sebagai gambaran, orang tersebut tahu persoalan masyarakat tapi tidak berbuat apa-apa.
Mereka juga membawa poster bertuliskan 'Mahasiwa dibungkam dijejali pendidikan sampah', 'Lapangan kerja makin hilang', dan 'Yang Ada Tinggal Menjadi Buruh Kasar dan Upah Rendah'.
Dikatakan Humas FPR Dije, saat ini mahasiswa dijejali dengan ragam teori-teori yang pada intinya tidak berkaitan dengan kehidupan di masyarakat.
"Simbolnya kita sebagai mahasiswa sudah tidak bisa berbicara kritis dan omongan-omongan pemuda juga sudah tidak didengar lagi oleh pemerintah," ujarnya di sela-sela aksi.
Menurut Dije, industri di Indonesia bergantung pada kekuatan modal asing. "Industri yang berkembang adalah industri dengan teknologi rendahan dan bukan industri nasional yang mampu menyerap tenaga kerja ahli dan terampil," kata Dije.
Industri dengan teknologi rendahan seperti manufaktur dan rakitan ini, kata Dije, tidak membutuhkan tenaga kerja ahli dan terampil, tetapi hanya butuh tenaga kerja yang siap diupah murah dengan keterampilan rendah.
Lebih lanjut Dije mengatakan, mahasiswa berhadapan dengan persoalan lapangan kerja. Di negara berkembang yang tidak mengenal jaminan sosial untuk penganguran, seseorang tidak mungkin menganggur, hingga untuk menyambung hidupnya pemuda harus bekerja apa saja.
"Tidak heran, jika banyak sarjana menganggur dan berprofesi tidak sesuai dengan disiplin ilmunya, ini merupakan hal yang memprihatinkan, karena banyak lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan ilmu yang dimiliki, bahkan jadi buruh pabrik," pungkasnya.
(avi/ern)
salam silaturahmi . . .senang bisa berkunjung dihalaman luar biasa anda. . .menambah wawasan serta informasi sukses selalu dan tetap semangat.
BalasHapusObat Kanker Payudara Stadium 4