Melawan Perampasan Upah, Kerja dan Tanah
Melawan Perampasan Upah, Kerja dan Tanah oleh : Tim Redaksi Suara Independen Jika diperhatikan ...
https://www.infogsbi.or.id/2010/10/melawan-perampasan-upah-kerja-dan-tanah.html
oleh : Tim Redaksi Suara Independen
Jika diperhatikan dan dirasakan dampak dari kebijakan rezim berkuasa hari ini acapkali membuat kita bertanya, Mau dibawa kemana Negara ini ???
Semua kebijakan tidak ada yang berpihak dan menguntungkan rakyat, semakin terang segala hal ihwal di abdikan untuk melayani kepentingan modal asing (imperialisme) dan upaya melanggengkan kekuasaanya. Pemerintah SBY-Budiono tidak pernah berupaya memajukan perekonomian bangsa dan mensejahterakan rakyat. Semua kekayaan alam diberikan kepada kaum kapitalis monopoli asing (Imperialis) dan antek-anteknya yang dikelola untuk keuntungan mereka sendiri. Minyak bumi dan gas alam (migas), batubara, berbagai bahan mineral dan sumber daya alam lainnya, hampir seluruhnya dikuasai oleh perusahaan Imperialis modal negara-negara asing.
Krisis yang tengah berlangsung sejak tahun 2000 hingga sekarang di negeri-negeri Imperialis telah berdampak pada semakin menajamnya krisis dalam negeri. Ketika negeri-negeri Imperialisme terutaman Amerika Serikat mengalami krisis maka negeri-negeri bergantung seperti Indonesia juga terkena dampaknya. Krisis semacam ini kian memperburuk keadaan bangsa dan rakyat Indonesia yang hanya bergantung pada lapangan Agraria terbelakang, Industri pabrik rakitan yang dikuasai Imperialisme dan komprador, hidup yang bergantung pada utang luar negeri dengan berbagai skema baik bilateral, multilateral, maupun pasar sekunder.
Dari keadaan itu Indonesia nampaknya sangat berbeda dengan Negara-negara lain sekawasan yang juga tertimpa krisis ekonomi, pemulihannya seperti sangat lambat dan nyaris diam di tempat. Makin hari keselamatan rakyat semakin terancam, upah/pendapatannya semakin merosot sementara harga-harga kebutuhan semakin mahal melambung sehingga beban hidup rakyat semakin tinggi.
Memang benar bahwa setiap Negara memiliki kekhususan sendiri-sendiri. Tetapi yang tidak betul adalah cara-cara penguasa dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi rakyat.
Masalahnya, keadaan tersebut telah membuat kesengsaraan rakyat semakin dalam secara ekonomi, semakin terbelenggu dan tertindas secara politik. Kaum tani kehilangan tanah dan pendapatan hingga batas-batas kepemilikannya yang terkahir, kaum buruh kehilangan upahnya yang sangat rendah serta kehilangan atas kepastian kerja. Demikian pula dengan klas yang lain, termasuk Borjuis Kecil perkotaan dan semi proletariat. Pendapatan dan upah seluruh klas dirampas oleh kebijakan harga rezim SBY. Intinya dengan krisis ini semakin intensif perampasan upah, kerja dan tanah rakyat. Rakyatpun semakin terus di gerus dan dibatasi hak-hak demokratisnya.
Ini semua disebabkan karena Indonesia merupakan negeri yang masih menjalankan sistem masyarakat setengah jajahan dan setengah feodal, masih dalam cengkraman dan dominasi Imperialisme, sehingga ketika negeri-negeri Imperialisme terutaman Amerika Serikat mengalami krisis maka Indonesia juga terkena dampaknya.
Tidak ada penguasa yang mau mengakui bahwa akar persoalan yang dialami Indonesia adalah karena kuatnya dominasi eksternal dari kekuatan modal asing, dari dominasinya Imperialisme dan dari bercokol kuatnya sistem feodalisme yang dijalankan oleh rezim berkuasa di dalam negeri sebagai kakitangan/bonekanya.
Kekuatan inilah yang mengacak-acak kepercayaan diri kita sebagai bangsa. Kekuatan ini telah mendudukan bangsa yang bermartabat dan anti penjajahan menjadi bangsa yang mau diperbudak oleh kekuasaan penjajahan gaya baru (neo-kolonialisme).
Tidak salah bila saat ini yang terpokok yang dialami tubuh bangsa Indonesia adalah kontradiksi antara kalangan yang pro kekuatan eskternal dengan kalangan anti. Pada saat ini kalangan pro kekuatan modal asing memang menduduki peranan yang mendominasi.
Namun mereka bukanlah kalangan yang berhari depan dan tidak mandiri untuk menentukan segala tindakan yang diambilnya. Sebab sejalan dengan hukum sejarah, kekuatan pro modal asing akan terlikuidasi oleh kontradiksi yang ada didalam dirinya sendiri. Oleh karenanya satu-satunya pilihan bagi rakyat Indonesia adalah memperhebat kekuatan subyektif dengan cara menggalang persatuan diantara kalangan masyarakat yang anti kekuasaan modal asing, yang anti terhadap Imperialisme, terhadap feodalisme dan terhadap rezim boneka, untuk berjuang menuntaskan satu persoalan pokok saat ini membebasakn negeri dari cengkraman modal asing Imperialsime dan feodalisme serta merebut kepemimpinan masa depan.
Perampasan upah, kerja dan tanah tidak akan berkurang dan berhenti selama sistem itu masih berjalan, selama rezim yang berkuasa adalah rezim boneka. Jadi kaum buruh, kaum tani dan golongan serta kals dalam masyarakat lainnya harus bersatu padu, berorganisasi dalam wadah organisasi massa yang mandiri dan sejati. Bekerja keras meningkatkan pengetahuan dan terus secara gencar memperhebat propaganda, membongkar seterang-terangnya kebobrokan, kelicikan, keserakahan dan kejahatan dari rezim boneka imperialisme dan juga dari sistem kapitalisme itu sendiri.
Maka Serikat buruh selaku organisasi masa yang menghimpun kaum buruh, jangan hanya jadi gerakan trade unionism semata, tapi serikat buruh harus terhubung dengan perjuangan seluruh rakyat, memang yang menjadi tugas kaum buruh adalah memperjuangkan sosial ekonominya, namun di tengah situasi negeri Indonesia yang berada dalam penjajahan baru Imperialisme, Indonesia yang sistem masyarakatnya setengah jajahan setengah feodal, gerakan buruh juga harus ambil bagian bahkan berada dalam barisan terdepan bersama kaum tani, pemuda mahasiswa dan golongan masyarakat tertindas lainnya dalam memotong rantai produksi kapitalis imperialisme dan juga dalam memusnahkan sistem feodalisme yang masih bercokol. ##