Untuk Regionalisme Yang Berdaulat : Front Perjuangan Rakyat (FPR) Menolak Intervensi US Dalam KTT ASEAN dan KTT Asia Timur
Jakarta; 19 November 2011. Lebih dari lima puluh orang yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat, hari ini (19/11) menggelar aksi di Jak...
https://www.infogsbi.or.id/2011/11/untuk-regionalisme-yang-berdaulat-front.html
Jakarta; 19 November 2011. Lebih dari lima puluh orang yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat, hari ini (19/11) menggelar aksi di Jakarta untuk merespon pelaksanaan KTT ASEAN dan KTT Asia Timur yang saat ini berlangsung di Nusa Dua Bali. Sejak dua hari yang lalu, Indonesia menjadi tuan rumah dari penyelenggaraan KTT yang dihadiri oleh kepala negara dan pemerintahan dari negara-negara dikawasan Asia Tenggara dan Asia Timur, sedikitnya 16 kepala negara hadir dalam pertemuan ini ditambah Presiden Amerika Serikat (AS) Barrack Obama dan Presiden Rusia Dimitry Medvedev.
Memulai aksi dari Bundaran Hotel Indonesia, massa aksi meneriakkan yel-yel menolak dominasi dan intervensi khususnya yang dilakukan oleh AS di wilayah Asia. “No Intervention, Stop Domination”, “Regionalisme Berdaulat, Sekarang Juga”, “US Imperialist, Number One Terrorists”, adalah beberapa slogan yang nyaring terdengar ditengah-tengah massa aksi. Sasaran aksi selanjutnya adalah Kedutaan Besar AS yang berada di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta sebagai symbol hadirnya dominasi AS di Indonesia.
Dimintai keterangan disela-sela aksi yang dilakukan, Rudi HB Daman, Kordinator FPR mengatakan bahwa forum pertemuan tingkat tinggi yang saat ini berlangsung di Bali tidak lebih dari sebuah ceremony pengukuhan dominasi AS dengan menggunakan skema regionalisme. “Kami inginkan regionalisme yang berdaulat, sebuah kawasan yang merdeka dan bebas dari intervensi oleh negara lain atau kekuatan manapun, termasuk AS. tegas Rudi.
“Kami rakyat Indonesia tidak akan tertipu dengan akal busuk imperialisme AS yang hendak menancapkan cengkeramannya lebih dalam dikawasan Asia melalui kesepakatan-kesepakatan di forum internasional. Di pertemuan G20, AS dengan tegas mendorong dihilangkannya berbagai bentuk hambatan dalam perdagangan untuk mewujudkan skema free trade. Kemudian dipertemuan APEC, AS sangat getol menjadi inisiator lahirnya Trans-Pacific Partnership (TPP) sebuah kerjasama ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Dalam bidang militer, AS dalam waktu dekat berencana membangun pangkalan militer di Darwin Australia dengan menempatkan sedikitnya 2,500 orang tentaranya. Skema yang sama akan dilakukan AS untuk mengukuhkan hegemoni mereka di Asia, sehingga mereka terlibat dalam KTT Asia Timur”, papar Rudi.
Selain menyampaikan orasi-orasi politik, massa aksi juga menampilkan performance art didepan kantor Kedubes AS. Teatrikal dilakukan massa aksi dengan naik keatas pagar pembatas jalan yang ada didepan gedung Kedubes AS. Hal ini dilakukan untuk menggambarkan bahwa rakyat Indonesia tidak sudi tunduk terhadap hegemoni AS sebagai negeri imperialis, sebaliknya dengan persatuan rakyat yang terjalin kuat maka rakyat akan sanggup menunjukkan berdiri sama tinggi dengan negeri-negeri lain, menunjukkan bahwa Indonesia adalah negeri yang berdaulat dan tidak akan pernah mau tunduk dan mengikuti kebijakan imperialisme AS.
Dalam pidato penutup dalam aksi ini, Rudi kembali menegaskan, “Kami rakyat Indonesia menolak seluruh hasil pertemuan KTT ASEAN dan KTT Asia Timur karena tidak satupun bermanfaat bagi rakyat Indonesia. Kami juga menyerukan kepada seluruh negara anggota ASEAN untuk menegakkan kedaulatan rakyatnya dengan menolak intervensi kapitalisme monopoli dunia terutama imperialisme AS dengan memenuhi, melindungi dan mengakui HAM, menghentikan praktik perampasan sumber-sumber agraria, upah dan kerja dengan melaksanakan agenda-agenda kerakyatan untuk terpenuhinya kedaulatan pangan dan energi; melindungi dan memberikan pendidikan dan kesehatan gratis bagi rakyat dan melawan intervensi pendidikan dari komersialsiasi demi terwujudnya kedaulatan pendidikan yang sepenuhnya berpihak pada rakyat serta memastikan kawasannya bebas dari pangkalan militer Amerika Serikat dan sekutunya”.##
Memulai aksi dari Bundaran Hotel Indonesia, massa aksi meneriakkan yel-yel menolak dominasi dan intervensi khususnya yang dilakukan oleh AS di wilayah Asia. “No Intervention, Stop Domination”, “Regionalisme Berdaulat, Sekarang Juga”, “US Imperialist, Number One Terrorists”, adalah beberapa slogan yang nyaring terdengar ditengah-tengah massa aksi. Sasaran aksi selanjutnya adalah Kedutaan Besar AS yang berada di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta sebagai symbol hadirnya dominasi AS di Indonesia.
Dimintai keterangan disela-sela aksi yang dilakukan, Rudi HB Daman, Kordinator FPR mengatakan bahwa forum pertemuan tingkat tinggi yang saat ini berlangsung di Bali tidak lebih dari sebuah ceremony pengukuhan dominasi AS dengan menggunakan skema regionalisme. “Kami inginkan regionalisme yang berdaulat, sebuah kawasan yang merdeka dan bebas dari intervensi oleh negara lain atau kekuatan manapun, termasuk AS. tegas Rudi.
“Kami rakyat Indonesia tidak akan tertipu dengan akal busuk imperialisme AS yang hendak menancapkan cengkeramannya lebih dalam dikawasan Asia melalui kesepakatan-kesepakatan di forum internasional. Di pertemuan G20, AS dengan tegas mendorong dihilangkannya berbagai bentuk hambatan dalam perdagangan untuk mewujudkan skema free trade. Kemudian dipertemuan APEC, AS sangat getol menjadi inisiator lahirnya Trans-Pacific Partnership (TPP) sebuah kerjasama ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Dalam bidang militer, AS dalam waktu dekat berencana membangun pangkalan militer di Darwin Australia dengan menempatkan sedikitnya 2,500 orang tentaranya. Skema yang sama akan dilakukan AS untuk mengukuhkan hegemoni mereka di Asia, sehingga mereka terlibat dalam KTT Asia Timur”, papar Rudi.
Selain menyampaikan orasi-orasi politik, massa aksi juga menampilkan performance art didepan kantor Kedubes AS. Teatrikal dilakukan massa aksi dengan naik keatas pagar pembatas jalan yang ada didepan gedung Kedubes AS. Hal ini dilakukan untuk menggambarkan bahwa rakyat Indonesia tidak sudi tunduk terhadap hegemoni AS sebagai negeri imperialis, sebaliknya dengan persatuan rakyat yang terjalin kuat maka rakyat akan sanggup menunjukkan berdiri sama tinggi dengan negeri-negeri lain, menunjukkan bahwa Indonesia adalah negeri yang berdaulat dan tidak akan pernah mau tunduk dan mengikuti kebijakan imperialisme AS.
Dalam pidato penutup dalam aksi ini, Rudi kembali menegaskan, “Kami rakyat Indonesia menolak seluruh hasil pertemuan KTT ASEAN dan KTT Asia Timur karena tidak satupun bermanfaat bagi rakyat Indonesia. Kami juga menyerukan kepada seluruh negara anggota ASEAN untuk menegakkan kedaulatan rakyatnya dengan menolak intervensi kapitalisme monopoli dunia terutama imperialisme AS dengan memenuhi, melindungi dan mengakui HAM, menghentikan praktik perampasan sumber-sumber agraria, upah dan kerja dengan melaksanakan agenda-agenda kerakyatan untuk terpenuhinya kedaulatan pangan dan energi; melindungi dan memberikan pendidikan dan kesehatan gratis bagi rakyat dan melawan intervensi pendidikan dari komersialsiasi demi terwujudnya kedaulatan pendidikan yang sepenuhnya berpihak pada rakyat serta memastikan kawasannya bebas dari pangkalan militer Amerika Serikat dan sekutunya”.##