GSBI, Kenaikan Harga BBM Rampas Upah Buruh dan Untungkan Kapitalis Monopoli Asing.
Jakarta, Minggu 16/6/13. Besok Senin 17 Juni 2013 akan di dilangsungkan rapat paripurna DPR-RI untuk membahas dan mengesahkan APBNP 2013...
https://www.infogsbi.or.id/2013/06/gsbi-kenaikan-harga-bbm-rampas-upah.html?m=0
Jakarta, Minggu 16/6/13. Besok Senin 17 Juni 2013 akan di
dilangsungkan rapat paripurna DPR-RI untuk membahas dan mengesahkan APBNP 2013.
Melihat komposisi dan sikap politik
anggota DPR dan Fraksi-Fraksi yang ada di DPR sidang paripurna ini sudah dapat
di pastikan mayoritas Fraksi dan anggota DPR akan menyetujui Kenaikan harga BBM
bersubsidi dan menyetujui APBNP 2013 yang didalamnya adalah menggelontorkan
anggaran BLSM/BLT sebagai ganti subsidi dari kenaikan harga BBM.
Rencana pemerintah menaikan harga
BBM ini telah mendapat penolakan keras dari rakyat, mahasiswa sudah lebih dulu
bergerak melakukan aksi-aksi penolakan, disusul kaum buruh, petani, buruh
migrant (BMI), ibu-ibu dan elemen rakyat lainnya bersuara lantang menolak
kenaikan harga BBM ini, termasuk partai politik yang ada di DPR sebagaimana di
lansir berbagai media Fraksi PDI perjuangan, Fraksi Partai Hanura dan Fraksi
PKS bersikap menolak kenaikan harga BBM dan BLSM/BLT meskipun PKS pada
perkembangannya bersikap mendua.
Menurut ketua umum GSBI, Rudi HB
Daman, seluruh kaum buruh dan rakyat
harus menolak kenaikan harga BBM ini, kenaikan harga BBM ini bukan karena naiknya harga
minyak dunia. Tapi, lebih karena kegagalan pemerintah mengelola keuangan Negara
dan pemerintah yang berkuasa hanya sebagai boneka pelayan setia dari rezim
kapitalis monopoli internasional terutama Amerika Serikat. Kenaikan BBM ini
akan merampas upah buruh dan sangat menguntungkan kapitalis monopoli asing yang
selama ini menguasai sumber-sumber minyak di Indonesia dan juga dunia.
Masalah utamanya yakni dominasi dan kontrol imperialis atas produksi dan pasar
secara monopoli sehingga rakyat tak dapat berdaulat atas miliknya. Indonesia
hanya dijadikan sapi perah, diberi jatah sumur-sumur tua yang terus mengalami
penurunan produksi, atau pun mesin-mesin pertambangan yang secara teknologi
sangat terbelakang.
Lebih lanjut, Rudi
menjelaskan, sejarah
dominasi perusahaan minyak milik kapitalis asing di Indonesia atas ladang-ladang
minyak telah berjalan jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Keberadaan perusahaan minyak AS sendiri yang memegang
kendali dan kontrol atas produksi dan pasar minyak dunia sekarang ini, telah
ada sejak tahun 1914, yaitu Standard Oil New Jersey (SOIJ) yang menemukan
cadangan minyak di Talang Akar, Sumatera Selatan. Melalui anak perusahaanya di
Hindia Belanda yakni Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM)
mulai memasang pipa transmisi di Talang Akar yang berhubung dengan kilang di
Sungai Gerong pada tahun 1926, di seberang kilang Plaju milik Shell. Saat itu,
sumber di Talang Akar merupakan lapangan ekplorasi terbesar di Hindia Belanda.
Pada tahun 1947, kedua perusahaan tersebut (SOIJ dan NKPM) kemudian meleburkan
diri menjadisatu dan berganti nama menjadi STANVAC. Perusahaan ini memiliki
perusahaan pemasaran yang bernama Mobil Oil yang kelak bergabung dengan Exxon
Cooperation dan mendirikan ExxonMobil.
Sejak tekanan AS terhadap Belanda atas
undang-undang diskriminatif, yakni IMW, perusahaan minyak AS masuk ke Indonesia
semakin banyak dan terus mendominasi produksi minyak. Perusahaan itu seperti
Gulf Oil yang masuk ke Sumatera Utara dan Standard Oil California yang
melakukan eksplorasi minyak di Kalimantan dan Papua (1922) yang kemudian
merger dengan The Texas Company (TEXACO) menjadi California Texas Oil (Caltex).
Akan tetapi, Caltex ini baru membangun sumur pertama yakni Rokan Block di
Sebanga (Riau) kemudian di Duri. Caltex ini pada perkembangannya menjadi
Chevron pada tahun 2001.
Jadi
sangat jelas, kenaikan harga BBM tidak memberikan keuntungan sedikit pun bagi
rakyat terlebih kaum buruh kecuali klas-klas penghisap dan kapitalis monopoli
asing. Kenaikan harga BBM akibat krisis kronis di negeri bergantung seperti Indonesia
akan semakin parah dan berdampak semakin terhisapnya rakyat, peningkatan
tindasan politik dan fasisme dari negara, serta meningkatnya kemiskinan.
Kenaikan harga BBM adalah skema
terstruktur pemerintah mempertahankan politik dan perampasan upah murah, karena
dengan kenaikan harga BBM merampas upah buruh sekitar 40% dari nilai kenaikan
upah ditahun 2013 lalu karen ongkos transportasi yang akan naik, sewa
rumah/kontrakan yang naik, harga-harga kebutuhan pokok juga naik bahkan sudak
sejak maret lalu beberapa harga-harga pokok kebutuhan rakyat sudah sangat
tinggi kenaikannya.
Atas rencana kenaikan tersebut
GSBI secara organisasi telah mendiskusikannya bahkan GSBI telah menggelar
diskusi dan rapat khusus dengan seluruh jajaran organisasi dimana sikap GSBI
adalah menolak rencana pemerintah menaikan harga BBM ini dna juga menolak BLSM.
GSBI juga telah menyerukan kepada seluruh jajarang organisasi dan Anggota
disemua tingkatan, terutama bagi serikat-serikat buruh di tingkat pabrik (PTP)
untuk melakukan aksi terus menerus di pabrik-pabrik, kawasan industry,
kota-kota pusat pemeritahan setempat untuk menolak kenaikan harga BBM dan
bersatu dengan gerakan rakyat lainnya yang memiliki sikap politik sama yaitu
menolak kenaikan harga BBM.
Khusus untuk besok Senin 17 Juni
2013 GSBI akan menurunkan ribuan anggota untuk aksi di Gedung DPR-RI bersama
Front Perjuangan Rakyat dan bergabung bersama Gerakan Rakyat Menolak Kenaikan
Harga BBM untuk secara bersama-sama menghadang DPR dan pemerintah untuk
menaikan harga BBM. Selain di Jakarta ribuan anggota GSBI juga akan turun aksi
menolak kenaikan harga BBM dibeberapa kota lainnya seperti Medan, Palembang,
Kalimantan Timur, Sukabumi dan Jawa Timur. #