FPR Gelar Aksi Tolak UU Pilkada di MK dan Istana Presiden RI
Jakarta, 9/10/14. Hari ini Kamis 9 Oktober 2014 Front Perjuangan Rakyat (FPR) melakukan aksi damai di MK dan Istana Negara terkait peno...
https://www.infogsbi.or.id/2014/10/fpr-gelar-aksi-tolak-uu-pilkada-di-mk.html?m=0
Jakarta, 9/10/14. Hari ini Kamis 9 Oktober 2014 Front Perjuangan Rakyat (FPR) melakukan aksi damai di MK dan Istana Negara terkait penolakan terhadap UU Pilkada.
Harry Sandy , selaku Sekretaris Jenderal Front Perjuangan
Rakyat (FPR) menyampaikan bahwa
pemilihan langsung adalah “one man-one vote” atau setiap orang memiliki
hak pilih secara langsung yang selama ini sudah dilakukan oleh rakyat Indonesia
bukanlah hasil pemberian Imperialis dan kaki tangannya, akan tetapi merupakan
capaian perjuangan panjang rakyat Indonesia untuk mewujudkan demokrasi.
Pemilihan secara langsung memberi hak demokrasi kepada rakyat untuk menilai dan
kemudian menentukan pilihan siapa kepala pemerintahnya. Dengan sistem pemilihan
secara langsung, rakyat diberi ruang partisipasi yang besar untuk menentukan
pemimpinnya yang akan dipilih dari orang-orang terbaik bangsa ini.
Pilkada langsung adalah merupakan sebuah capaian perjuangan
rakyat melalui gerakan reformasi 1998, yakni gerakan rakyat untuk mewujudkan
demokrasi dan merebut kedaulatannya. Sebab dengan demikian, rakyat memiliki
sedikit ruang kebebasan yang dapat dikembangkan terus-menerus sebagai jaminan
terwujudnya keadilan dan kesejahteraan.
Masih menurut Harry Sandy, Negara melalui pemerintah
seharusnya memiliki tanggung jawab dalam memberikan hak politik rakyatnya dalam
berpartisipasi memilih kepala daerahnya. Akan tetapi dengan disyahkannya UU
Pilkada yang menetapkan pemilihan kepala daerah oleh DPRD, maka pemerintah
telah merampas hak politik rakyat, dan telah melukai perasaan rakyat Indonesia.
Front Perjuangan Rakyat (FPR) mengetahui bahwa mayoritas
rakyat Indonesia menginginkan Pilkada secara langsung, dan tidak ingin hak
konstitusionalnya dalam memilih kepala daerahnya secara langsung dirampas oleh
Negara. Maka atas dasar itulah Front Perjuangan Rakyat (FPR) mendukung penuh
keinginan dan aspirasi rakyat yang menghendaki pilkada secara langsung serta
berjuang bersama-sama rakyat untuk menghentikan perampasan hak politik rakyat
dengan melawan dan menolak pilkada tidak langsung. Tegas Sandy.
Sedangkan Ernawati Kepala Departemen Organisasi DPP GSBI di
sela-sela aksi di depan Mahkamah Konstitusi (MK) mengatakan, bahwa Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai rezim yang berkuasa saat ini adalah orang yang
paling bertanggungjawab atas diberlakukannya UU Pilkada dan perampasan hak
demokratis politik rakyat. Kebijakan tersebut secara lansung telah menambah
catatan buruk dan kegagalan pemerintahannya dalam menegakkan demokrasi dan
mewujudkan kesejahteraan rakyat. Lebih jauh lagi, hal tersebut sekaligus
menunjukkan bahwa hingga menjelang akhir kekuasaannya, SBY tetap berusaha
memastikan agar kekuasaan Negara tetap berada ditangan kelompok dan golongannya
yang terbukti gagal mensejahterakan rakyat.
Lebih lanjut Ernawati menjelaskan bahwa setiap usaha yang
dilakukan pemerintah SBY bersama partai-partai pendukungnya, yang mencoba
mempolitisir kebijakan tersebut, tak ubahnya sandiwara pencitraan untuk
mengelabui rakyat semata. Akan tetapi kecaman dan protes keras sebagai respon
politik rakyat yang semakin meluas baik didalam maupun diluar
negeri, merupakan bukti nyata bahwa rakyat sama sekali tidak sudi
hak politik dan kebebasannya dirampas. Permohonan maaf dan penerbitan Perpu No.
1 dan 23 tahun 2014 oleh SBY, tidak lain hanya tipu muslihat untuk menghindar
dari kecaman dan meredam amarah rakyat, kemudian segera berlindung dibalik
Parlemen (DPR-MPR) sebagai tamengnya yang dikuasai oleh Partai dan Koalisinya.
Aksi FPR ini di tutup di depan Istana Negara pada pukul 12.00 wib dengan membacakan
pernyataan sikap bersama yang di bacakan oleh Sekjend FPR, dalam penutupnya FPR
menyerukan kepada seluruh organisasi yang tergabung dalam FPR dan FPR di
berbagai kota untuk terus melakukan konsolidasi, edukasi dan propaganda massa
serta memperluas aliansi di kalangan rakyat dan berbagai macam organsiasi untuk
sama-sama kembali turun kejalan pada tanggal 20 Oktober 2014 bertepatan dengan
hari dan tangggal pelantikan Presiden terpilih Jokowi dan Jusuf Kala. (SI-rd2014)#.