Apakah yang harus di Waspadai oleh Gerakan Buruh di Era Reformasi (Sekarang ini)?

Selama kekuasaan orde baru fungsi kontrol buruh benar-benar dimandulkan. Menteri-menteri tenaga kerja Orde Baru harus mengabdi pada kepetingan imperialis. Keberadaan SPSI satu-satunya organisasi serikat buruh dijaman orde baru, hanya menjadi alat partai yang berkuasa.

Walau rezim orde baru sudah runtuh, tetapi sisa-sisanya masih mendominasi dalam kekuasaan dari tingkat pusat sampai ke daerah-daerah, dan masih menguasai BUMN dan perangkat hukum lainnya.
Gerakan buruh yang maju tidak dapat menjadi pelopor gerakan massa. Hal ini membuka peluang kaum borjuasi memperkuat posisinya. Dengan menggunakan kekuasaan pemerintah, premanisme, mereka menindas gerakan buruh.

Kemudian disusul dengan masuknya elemen social democrat dalam gerakan buruh telah memobilisasi serikat buruh dan LSM Negara maju untuk masuk ke Indonesia. Untuk mengontrol gerakan buruh yang lahir setelah reformasi agar gerakannya sebatas tradeunionisme, tidak mempertajam perjuangan klas.

Tidak ketinggalan masuknya elemen-elemen trotskis yang membawa garis politik kekiri-kirian dalam gerakan buruh dan kerap menciptakan situasi yang provokatif, sehingga menciptakan penilaian negative terhadap gerakan buruh.

Yang sangat memprihatinkan, munculnya elemen-elemen borjuasi kecil yang membangun serikat buruh tetapi tidak mengerti watak klas buruh. Elemen-elemen ini datang dari orang-orang yang mengaku dirinya bekas orang kiri yang merusak citra gerakan buruh sebagai pelopor dalam memperjuangkan hapusnya penindasan. Mereka membangun gerakan buruh asal jadi, berteriak di menara gading, menyodorkan program yang progresif, tapi tidak punya masa buruh. Bagaimana mereka disebut progresif revolusioner, kalau tidak mau menggalang front persatuan buruh. #