Harga BBM Dinaikkan Bukti Jokowi Tak Memihak Buruh
Gabungan Serikat Buruh Independen menilai penaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi menegaskan rezim Joko Widodo-Jusuf Kalla tak pernah...
https://www.infogsbi.or.id/2014/11/harga-bbm-dinaikkan-bukti-jokowi-tak.html?m=0
Gabungan Serikat Buruh Independen menilai penaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi menegaskan rezim Joko Widodo-Jusuf Kalla tak pernah berpihak pada rakyat dan kaum buruh. Ini juga menjadi bukti bahwa pemerintahan Jokowi-Kalla melanjutkan rezim Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.
"Bagi kaum buruh, tentu saja ini pukulan yang sangat berarti ketika sedang berjuang menuntut upah minimum layak 2015 yang belum juga terpenuhi," kata Rudi HB Daman, Ketua Umum GSBI melalui keterangan resmi, Jakarta, Selasa [18/11].
Belum genap sebulan berkuasa, Presiden Jokowi mengumumkan penaikan harga bahan bakar bersubsidi yaitu untuk premium Rp8.500 dari Rp6.500 per liter atau sekitar 30% dan solar menjadi Rp.7.500 dari Rp5.550 per liter. Alasan pemerintah masih tetap sama: subsidi tak tepat sasaran dan membebani Anggaran Pendapatan Belanja Negara.
Menurut Rudi, karena kebijakan itu, rakyat termasuk kaum buruh kembali dipaksa menghadapi kenaikan harga bahan bakar yang akan disusul kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya.
Ini merupakan kali ke-5 Indonesia menaikkan harga selama 10 tahun terakhir.
Rudi yakin penaikan harga itu dipastikan akan memicu inflasi yang juga berdampak pada harga kebutuhan bahan pokok.
Kenaikan harga barang akan merampas upah kaum buruh yang saat ini belum ditentukan besarannya. Jika kenaikan upah di bawah 15%, maka upah tersebut dipastikan tak akan membantu buruh untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga.
Berdasarkan catatan GSBI, kota-kota besar sebagai pusat industri seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang, Surabaya, Medan, Makassar, dan Batam belum menetapkan usulan untuk kenaikan upah 2015. Itu disebabkan pengusaha yang berupaya menekan upah buruh serendah-rendahnya.
Karena itu, kata Rudi, pihaknya mendesak pemerintah membatalkan penaikan harga bahan bakar dan menolak segala macam kebijakan yang merugikan buruh. Di sisi lain, kaum buruh meminta pemerintah menaikkan upah berdasarkan kebutuhan nyata buruh. [*]
Sumber Berita: Kristian Ginting, http://geotimes.co.id/kabinet/11714-harga-bbm-dinaikkan-bukti-jokowi-tak-memihak-buruh.html
"Bagi kaum buruh, tentu saja ini pukulan yang sangat berarti ketika sedang berjuang menuntut upah minimum layak 2015 yang belum juga terpenuhi," kata Rudi HB Daman, Ketua Umum GSBI melalui keterangan resmi, Jakarta, Selasa [18/11].
Belum genap sebulan berkuasa, Presiden Jokowi mengumumkan penaikan harga bahan bakar bersubsidi yaitu untuk premium Rp8.500 dari Rp6.500 per liter atau sekitar 30% dan solar menjadi Rp.7.500 dari Rp5.550 per liter. Alasan pemerintah masih tetap sama: subsidi tak tepat sasaran dan membebani Anggaran Pendapatan Belanja Negara.
Menurut Rudi, karena kebijakan itu, rakyat termasuk kaum buruh kembali dipaksa menghadapi kenaikan harga bahan bakar yang akan disusul kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya.
Ini merupakan kali ke-5 Indonesia menaikkan harga selama 10 tahun terakhir.
Rudi yakin penaikan harga itu dipastikan akan memicu inflasi yang juga berdampak pada harga kebutuhan bahan pokok.
Kenaikan harga barang akan merampas upah kaum buruh yang saat ini belum ditentukan besarannya. Jika kenaikan upah di bawah 15%, maka upah tersebut dipastikan tak akan membantu buruh untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga.
Berdasarkan catatan GSBI, kota-kota besar sebagai pusat industri seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang, Surabaya, Medan, Makassar, dan Batam belum menetapkan usulan untuk kenaikan upah 2015. Itu disebabkan pengusaha yang berupaya menekan upah buruh serendah-rendahnya.
Karena itu, kata Rudi, pihaknya mendesak pemerintah membatalkan penaikan harga bahan bakar dan menolak segala macam kebijakan yang merugikan buruh. Di sisi lain, kaum buruh meminta pemerintah menaikkan upah berdasarkan kebutuhan nyata buruh. [*]
Sumber Berita: Kristian Ginting, http://geotimes.co.id/kabinet/11714-harga-bbm-dinaikkan-bukti-jokowi-tak-memihak-buruh.html