Dalam Sidang Hari Ini, Kesaksian Erwiana sesuai hasil visum dokter
Erwiana Sulistyaningsih, mantan BMI di Hong Kong, mengatakan dirinya kelaparan, dipukul dan mendapatkan penghinaan terus menerus dari beka...
https://www.infogsbi.or.id/2014/12/dalam-sidang-hari-ini-kesaksian-erwiana.html?m=0
Erwiana Sulistyaningsih, mantan BMI di Hong Kong, mengatakan dirinya kelaparan, dipukul dan mendapatkan penghinaan terus menerus dari bekas majikannya. Keterangan itu disampaikan Erwiana, dalam persidangan kasus penyiksaan dirinya yang mendapatkan perhatian internasional.
Dalam persidangan Erwiana yang di gelar hari ini Senin, 9 Desember 2014 di Pengadilan Hongkong, Erwiana menggambarkan secara rinci bagaimana dia mengalami penyiksaan selama beberapa bulan dan tidak diberi makanan lain kecuali roti dan nasi. Dia hanya diijinkan tidur selama empat jam sehari dan dipukul oleh mantan majikannya Law Wan-tung.
“Saya disiksa,” kata perempuan berusia 23 tahun yang menyampaikan kesaksian dengan bantuan seorang penerjemah, seperti diberitakan AFP.
“Dia sering memukul saya… kadang-kadang dia memukul saya dari belakang, dan kadang dari depan. Saya sering dipukul hingga saya mengalami sakit kepala, dia memukul mulut saya (jadi) saya sulit bernapas.”
Erwiana menceritakan satu kejadian dia pernah ditelanjangi, disiram dengan air dan dipaksa untuk berdiri di depan kipas angin di dalam kamar mandi ketika musim dingin.
Keterangan Erwiana dukung hasil visum
Kesaksian yang disampaikan oleh Erwiana mendukung hasil visum yang dilakukan oleh dokter di RS Sragen Jawa Tengah tempat dia dirawat setelah kembali dari Hong Kong.
“Dalam hasil visum ditemukan penyumbatan darah dibagian kepala, Erwiana menyebutkan kepalanya pernah dipukul dari belakang, dan mengalami retak pada tulang hidung.”
Law menghadapi 21 dakwaan, termasuk dua kasus penyiksaan terhadap dua mantan PRTnya dan juga tidak membayar gaji mereka.
Law yang hadir dalam persidangan terus menundukan kepala ketika mantan PRT nya menggambarkan tuduhan penyiksaan yang dilakukan oleh dirinya.
Sebelumnya Law membantah semua dakwaan terhadap dirinya.
Sidang akan dilanjutkan pada Januari mendatang, dengan agenda mendengarkan penjelasan dari para dokter yang merawat Erwiana di Indonesia.
Sekitar puluhan buruh migran yang mewakili berbagai organisasi menggelar demonstrasi di luar gedung pengadilan. Sekitar 300.000 orang PRT bekerja di Hong Kong sebagian besar berasal dari Indonesia dan Filipina.
sumber: BBC-Indonesia.
Dalam persidangan Erwiana yang di gelar hari ini Senin, 9 Desember 2014 di Pengadilan Hongkong, Erwiana menggambarkan secara rinci bagaimana dia mengalami penyiksaan selama beberapa bulan dan tidak diberi makanan lain kecuali roti dan nasi. Dia hanya diijinkan tidur selama empat jam sehari dan dipukul oleh mantan majikannya Law Wan-tung.
“Saya disiksa,” kata perempuan berusia 23 tahun yang menyampaikan kesaksian dengan bantuan seorang penerjemah, seperti diberitakan AFP.
“Dia sering memukul saya… kadang-kadang dia memukul saya dari belakang, dan kadang dari depan. Saya sering dipukul hingga saya mengalami sakit kepala, dia memukul mulut saya (jadi) saya sulit bernapas.”
Erwiana menceritakan satu kejadian dia pernah ditelanjangi, disiram dengan air dan dipaksa untuk berdiri di depan kipas angin di dalam kamar mandi ketika musim dingin.
Keterangan Erwiana dukung hasil visum
Kesaksian yang disampaikan oleh Erwiana mendukung hasil visum yang dilakukan oleh dokter di RS Sragen Jawa Tengah tempat dia dirawat setelah kembali dari Hong Kong.
“Dalam hasil visum ditemukan penyumbatan darah dibagian kepala, Erwiana menyebutkan kepalanya pernah dipukul dari belakang, dan mengalami retak pada tulang hidung.”
Law menghadapi 21 dakwaan, termasuk dua kasus penyiksaan terhadap dua mantan PRTnya dan juga tidak membayar gaji mereka.
Law yang hadir dalam persidangan terus menundukan kepala ketika mantan PRT nya menggambarkan tuduhan penyiksaan yang dilakukan oleh dirinya.
Sebelumnya Law membantah semua dakwaan terhadap dirinya.
Sidang akan dilanjutkan pada Januari mendatang, dengan agenda mendengarkan penjelasan dari para dokter yang merawat Erwiana di Indonesia.
Sekitar puluhan buruh migran yang mewakili berbagai organisasi menggelar demonstrasi di luar gedung pengadilan. Sekitar 300.000 orang PRT bekerja di Hong Kong sebagian besar berasal dari Indonesia dan Filipina.
sumber: BBC-Indonesia.