FPR Selenggarakan Diskusi dan Launching Kegiatan Kampanye Rakyat Menyikapi Peringatan 60 Tahun KAA
Jakarta, 2/4/2015. Bertempat dilantai 4 kantor YLBHI Jakarta, Kamis 2 April 2015 Front Perjuangan Rakyat (FPR) selaku aliansi luas multi...
https://www.infogsbi.or.id/2015/04/fpr-selenggarakan-diskusi-dan-lounching.html
Jakarta, 2/4/2015. Bertempat dilantai 4 kantor YLBHI Jakarta, Kamis 2 April 2015 Front Perjuangan Rakyat (FPR) selaku aliansi luas multisektoral di Indonesia yang terdiri dari organisasi massa buruh, petani, pemuda-mahasiswa, perempuan, BMI, penggiat Hukum, Lingkungan, HAM, Akademisi serta LSM dan NGO menyelenggarakan Diskusi dan launching kegiatan FPR dalam menyikapi 60 tahun KAA.
Rudi HB Daman, selaku Kordinator FPR menjelaskan kegiatan Kampanye Rakyat Asia-Afrika ini kami beri nama Kampanye Rakyat Asia Afrika Melawan Imperialisme dengan tema “Perkuat Persatuan Rakyat Asia-Afrika melawan Neo-kolonialisme Pimpinan AS: Berjuang untuk kemerdekaan dan kedaulatan rakyat Asia-Afrika!”. Tema ini lahir atas analisis objektif FPR yang memandang adanya pengkhianatan cita-cita KAA yang dideklarasikan 1955 di Indonesia. Dasar didirikannya KAA 1955 adalah semangat perjuangan dan persatuan Negara Asia Afrika untuk melawan penjajahan dan neo-kolonialisme AS di negara-negara Asia Afrika, serta memberikan dukungan ke negara-negara di Asia Afrika yang sedang berjuang untuk mencapai kemerdekaan yang berpegang pada pedoman Dasa Sila Bandung.
”Semangat KAA merupakan semangat yang cukup tegas untuk menyatakan sikap menolak segala bentuk penjajahan diseluruh dunia khususnya Asia Afrika. Hal ini tercermin jelas dalam isi deklarasi hasil pertemuan KAA 1955. Dimana negara-negara peserta bersepakat untuk bahu-membahu mengatasi dan memerangi segala bentuk penjajahan yang senantiasa dilancarkan imperialisme, khususnya Amerika Serikat. Perjuangan anti imperialisme KAA ini lahir dari semangat rakyat yang menjadi lokomotif sejarah kemerdekaan di Negara-negara Asia Afrika. Karena tanpa peran rakyat dalam perjuangan kemerdekaan, tidak akan mungkin muncul sebuah keberanian dari pemerintahan Asia Afrika untuk menjalankan KAA 1955 dalam melawan Neo-kolonialisme imperialisme AS”, tegas Rudi.
Sementara Julius Ibrani (Ijul) dari YLBHI sekaligus sebagai wakil Kordinator FPR Panitia Acara Kampanye Rakyat KAA dalam pemaparannya menjelaskan, bahwa KAA dalam perkembangannya, semangat anti kolonialisme imperialisme sebagai amanat KAA 1955, setahap demi setahap mulai memudar dan berubah orientasi. Pemerintahan Negara-negara Asia Afrika berlahan-lahan tunduk atas dominasi bentuk penjajahan baru (Neo-kolonialisme) imperialisme khususnya pimpinan AS. KAA kini bukan lagi menjadi forum perjuangan dan persatuan Negara Asia-Afrika untuk melawan dominasi dan intervensi Imperialisme AS yang bertujuan menguasai kekayaan alam dan manusia sepenuhnya di Asia Afrika. Namun prakteknya kini, Konferensi Asia Afrika yang pernah diselenggarakan pada 2005 di Jakarta dan Bandung, hanya menjadi forum bagi Negara-negara Maju (imperialisme) beserta korporasi raksasanya untuk semakin mengikat negara-negara Asia Afrika menjalankan kebijakan Neo-liberalisme melalui rejim-rejim Asia Afrika. Dalam pertemuan KAA 2005 menghasilkan NAASP (New Asian-African Strategic Partnership, Kerjasama Strategis Asia-Afrika yang baru). NAASP memprioritaskan kemitraan yang meiliputi solidaritas politik, kerjasama ekonomi dan hubungan sosial budaya serta membahas pula tentang perjuangan kemerdekaan Palestina. Akan tetapi, NAASP yang berlandaskan Dasa Sila Bandung hanya menjadi kedok. Karena inti pertemuan KAA 2005 yakni lebih menekankan pada aspek kerjasama investasi, keuangan, perdagangan, energi, kesehatan, pertanian, pendidikan yang seluruhnya terintegrasi dengan kebijakan Neo-liberalisme Imperialisme AS. Hal tersebut, menjadi ancaman bagi seluruh rakyat Asia Afrika yang berjuang secara konsisten dari dulu hingga kini agar lepas dari cengkraman Neo-kolonialisme imperialisme AS yang merampas kemerdekaan, kedaulatan dan kemandirian Negara-negara Asia Afrika. Maka rakyat harus bicara, tegas Ijul.
Sebagaimana dirilis oleh Kementerian Luar Negeri dan Panitia Peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika yang akan diselenggarakan di Jakarta dan Bandung oleh pemerintahan Indonesia dengan dukungan penuh Amerika Serikat (AS) pada 19 - 24 April 2015 mengundang kurang lebih 109 Negara Asia Afrika, 17 Negara pengamat, 20 Organisasi Internasional serta 650 CEO Perusahaan Korporasi milik imperialisme. Tema yang diangkat pemerintah adalah “Memperkuat kerjasama Negara-negara selatan untuk mendorong kesejahteraan dan kemakmuran dunia”, dengan pokok bahasan mengenai soal isu lingkungan, investasi, forum ekonomi dunia, pendanaan pembangunan, infrastruktur dan, keamanan serta isu mengenai kemerdekaan Palestina.
Dalam pandangan FPR, forum ini tak ubahnya seperti dalam pertemuan KAA pada 2005 lalu, dan akan tetap menjadi pertemuan yang mendorong kepentingan imperialisme khususnya AS untuk melipatgandakan penguasaan atas sumber daya alam (SDA) dan manusia ditengah kondisi krisis global yang masih menghantam AS sejak krisis 2008. Penguatan kebijakan Neo-liberalisme dengan bentuk meningkatkan investasi, pencabutan subsidi, pemberian utang, pembangunan megaproyek infrastuktur, penerapan politik upah murah, perluasan perampasan tanah, deregulasi, privatisasi BUMN, akan ditekankan secara kuat oleh negara-negara imperialisme khususnya AS di Asia Afrika terutama di Indonesia dalam pertemuan KAA kali ini. Saat ini saja di bawah kekuasaan Jokowi-JK, telah menunjukkan loyalitasnya untuk menjalankan kebijakan neo-liberalisme imperialisme AS di Indonesia. Wujud konkritnya aalah kebijakan anti rakyat mulai dari penarikan dan penghilangan berbagai subsidi, penaikan harga BBM-TDL-elpiji; kebutuhan pokok, pencabutan subsidi pendidikan-kesehatan-transpotasi massal (KA), pembangunan bersandarkan investasi dan hutang, SDA semakin dikuasai asing, menjalankan megaproyek infrastuktur, menghambat pemberantasan korupsi dan penegakan HAM serta lainnya.
Melalui Kordinatornya, FPR menyampaikan dalam rangka menyikapi konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan 19-24 April 2015 di Jakarta dan Bandung, FPR akan menyelenggarakan pula serangkaian kegiatan yang di berinama: Kampanye Rakyat Asia Afrika Melawan Imperialisme yang bertujuan untuk menggalang persatuan rakyat Indonesia, rakyat Asia Afrika untuk menyampaikan aspirasi dan tuntutan yakni mengembalikan semangat anti neo-kolonialisme Imperialisme dalam KAA. Rakyat harus menolak KAA dijadikan sebagai forum oleh negara-negara imperialis (negara-negara bekas Kolonial) terutama imperialisme AS untuk memasifkan kepentingannya menguasai kekayaan alam dan manusia sepenuhnya di Asia Afrika melalui rejim-rejimnya. Rakyat harus bersuara untuk menyampaikan bahwa kemerdekaan sejati, kedaulatan dan kemandirian adalah hak rakyat Asia Afrika tanpa dominasi dan intervensi neo-kolonialisme imperialisme AS. Secara khususnya FPR mengajak kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk terlibat aktif mengkampanyekan penolakan atas seluruh kebijakan rejim Jokowi-JK yang sangat tunduk menjalankan kebijakan Neo-liberalisme imperialisme AS di Indonesia, yang saat ini sangat menyengsarakan rakyat Indonesia. (red-2015)#
Berikut ini adalah rangkaian kegiatan Kampanye Rakyat Asia Afrika Anti Imperialisme yang digagas FPR Nasional dan Bandung selakuk Penyelenggara :
- Diskusi Publik Tentang KAA baik umum ataupun sektoral.
- Konferensi Pers
- Konferensi Petani Se Asia yang akan di laksanakan di Jakarta, pada tanggal 17 -19 April 2015.
- Aksi Massa dalam Pembukaan KAA di Jakarta serta di berbagai daerah dan di FPR Luar negeri, pada tanggal 19 April 2015.
- Aksi Piket pada tanggal 20-23 April 2015 di Jakarta.
- Forum Rakyat; Tentang Megaproyek Infrastuktur. Monopoli Sumber Daya Alam (SDA) dan Masalah HAM, di selenggarakan di Bandung pada tanggal, 22 April 2015.
- Konferensi Rakyat Asia Afrika Melawan Imperialisme, di laksanakan di Bandung, pada tanggal 22 - 23 April 2015.
- Peremusan Naskah Deklarasi dan Deklarasi hasil konferensi rakyat Asia Afrika Melawan Imperialisme, di Bandung.
- Parade Rakyat Melawan Imperialise, di bandung pada tanggal, 24 April 2015.
- Seminar menolak Privatisasi Air oleh Swasta dan Asing, di Bandung pada 25 April 2015.
- Mengundang Dubes Palestina dan Venezuela.
Sumber berita: Webblog FPR.