Pidato Sambutan Ketua Umum GSBI pada Acara Pembukaan Kongres Nasional III GSBI
Bangun dan Teguhkan GSBI sebagai Serikat Buruh Sejati Untuk Kesejahteraan Buruh dan Indonesia Berdaulat. Pidato pada Pembukaan Kongres...
https://www.infogsbi.or.id/2015/06/pidato-sambutan-ketua-umum-gsbi-pada.html
Pidato pada Pembukaan Kongres Nasional III GSBI Oleh: Rudi HB Daman, Ketua Umum GSBI
Gedung Oryza Bulog, Jakarta, Sabtu, 23 Mei 2015.
Hidup Buruh!
Hidup Buruh!
Hidup GSBI !
Hidup Rakyat Indonesia!
Yang terhormat, Bapak Hanif Dhakiri, Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia.
Yang terhormat, Bapak Dede Yusuf Macan Effendi, Ketua Komisi IX DPR RI.
Yang terhormat, Bapak Suharyono, Perwakilan dari International Labour Organization (ILO) Kantor Indonesia.
Yang terhormat, Kawan-kawan, Bapak/Ibu Pimpinan-Pimpinan Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
Yang terhormat, Bapak Arist Merdeka Sirait dan Bapak/Ibu Para Penggagas dan Pendiri GSBI.
Yang terhormat, Comrade Ronaldo Adonis dari Kilusang Mayo Uno (KMU) Filipina dan mewakili Worker’s International Struggle Initiative (WORKINS).
Yang terhormat, seluruh Dewan Pimpinan Pusat Gabungan Serikat Buruh Independen (DPP.GSBI).
Yang terhormat, Hadirin dan Seluruh Tamu Undangan Pembukaan Kongres Nasional III GSBI, serta
Yang terhormat, Delegasi dan Anggota-Anggota GSBI yang Militan, Patriotis dan Demokratis.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Tahun 2015, Gabungan Serikat Buruh Independen (GSBI) genap berusia 16 (enam belas) tahun sejak dideklarasikan pada 21 Maret 1999. Kelahiran GSBI adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tumbuh dan berkembangnya gerakan demokratis di Indonesia, setelah mengalami periode kelam sepanjang pemerintahan orde baru yang otoriter. Sebelum dideklarasikan, anggota-anggota GSBI telah terlibat aktif dalam aksi-aksi dan perjuangan massa ditingkat pabrik, level kota/kabupaten hingga nasional dalam rangka memperbaiki kehidupan kaum buruh menjadi lebih baik. Bahkan ambil bagian dan terlibat dalam gerakan Reformasi 1998.
Sejak kelahirannya, GSBI telah meletakkan cita-citanya untuk menjadi Serikat Buruh tempat berhimpunnya massa buruh, menjadi pusat perjuangan buruh di Indonesia yang konsisten membela dan memperjuangkan kepentingan kaum buruh. Berada digaris terdepan untuk mengkritisi dan menentang setiap kebijakan pemerintah yang merugikan kepentingan kaum buruh dan rakyat Indonesia. GSBI dari awal berdiri, berkeinginan untuk menjadi sekolah bagi kaum buruh, sarana belajar dan menempa praktek berorganisasi guna mewujudkan pembebasan kaum buruh dari segala bentuk penindasan.
Ketika organisasi ini (GSBI) didirikan enam belas tahun yang silam, sebaran keanggotaan GSBI masih terbatas hanya di Jabodetabek saja. Dalam perkembangan saat ini, organisasi telah berhasil hadir di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama organisasi telah mempersiapkan deklarasi di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Papua.
Pada saat deklarasi, organisasi ini (GSBI) hanya dideklarasikan oleh 2 (dua) Federasi Serikat Buruh yaitu Perkumpulan Buruh Pabrik Sepatu (PERBUPAS), Asosiasi Buruh Garmen (ABG) dan 17 (tujuh belas) Serikat Buruh Tingkat Perusahaan (PTP). Dan kini, hingga Kongres Nasional III dihelat, GSBI telah berkembang dan menghimpun 13 (tiga belas) jenis/sector produksi, meliputi Serikat Buruh Garmen, Tekstil dan Sepatu (SBGTS), Serikat Buruh Metal dan Elektronik (SBME), Serikat Buruh Percetakan dan Penerbitan (SBPP), Serikat Buruh Industri Plastik (SBIP), Serikat Buruh Makanan dan Minuman (SBMM), Serikat Buruh Farmasi (SBF), Serikat Buruh Pertambangan, Energi dan Kimia (SBPEK), Serikat Buruh Peternakan (SBP), Serikat Buruh Perkebunan Kelapa Sawit (SBPKS), Serikat Buruh Industri Kertas (SBIK), Serikat Buruh Migas (SBMigas), Serikat Buruh Industri Kayu dan Rotan (SBIKR) dan Serikat Buruh Perkebunan (SERBUK). Seluruh capaian tersebut tentu saja adalah buah dari kerja keras semua anggota organisasi yang telah mengorbankan pikiran, tenaga dan waktunya untuk terus mengembangkan organisasi ini. Anggota-anggota terbaik tersebut telah hadir ditengah-tengah kita, dan selama lima hari kedepan akan mencurahkan perhatiannya untuk mensukseskan Kongres Nasional III GSBI. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh anggota yang telah bekerja keras membangun organisasi ini. Di periode yang akan datang organisasi kita harus mampu terus melipatgandakan capaian-capaian ini.
Sebagai organisasi buruh, tentang upah menjadi isu utama yang menjadi fokus perhatian bagi GSBI. Kampanye tentang upah mulai dari level pabrik, kota/kabupaten, provinsi dan nasional akan terus dijalankan hingga kaum buruh di Indonesia menerima upah sesuai dengan angka kebutuhan hidup riil. Tidak hanya sekedar mengalami kenaikan angka setiap tahunnya, namun nilai upahnya juga harus dapat menjawab kebutuhan hidup buruh dan keluarganya. Kami berpandangan, sistem pengupahan yang berlaku saat ini masih belum sepenuhnya menjawab kebutuhan bagi kaum buruh di Indonesia. Apalagi, jika kebijakan-kebijakan pengupahan yang sedang dibahas maupun akan ditetapkan dimasa yang akan datang masih terus mempertahankan politik upah murah dan memotong upah buruh.
Sebagai organisasi buruh, kami juga memberikan perhatian dalam perjuangan atas jaminan sosial bagi kaum buruh dan seluruh rakyat, jaminan atas kepastian kerja bagi buruh di Indonesia. Secara terang kami menolak sistem kerja kontrak jangka pendek yang tidak memberikan garansi atas hak mendapatkan pekerjaan yang dijamin oleh konstitusi, menentang outsourcing, menolak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan berbagai dalih. Organisasi GSBI, juga senantiasa berjuang untuk kondisi kerja di perusahaan yang lebih baik, menjamin keselamatan dan kesehatan kerja kaum buruh. Kami sangat tidak menginginkan, kondisi dan lingkungan kerja yang buruk di perusahaan menambah beban penderitaan kaum buruh dan menjadi pemicu jatuhnya korban jiwa seperti kejadian meninggalnya Sebastian Manuputty, yang terjadi pada peringatan Mayday 2015 beberapa waktu yang lalu. Saya, mewakili kawan-kawan di GSBI menyampaikan dukacita, belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya kawan Sebastian. Segala hormat dan rasa salut kami atas pengorbanan besar yang telah ditempuh. Tunduk dan hormat juga kami sampaikan kepada kawan-kawan pejuang buruh yang telah gugur mendahului kita. Perjuangan mereka akan senantiasa kita kenang, menjadi inspirasi bagi kami, bahwa perjuangan untuk membebaskan seluruh kaum buruh dari penindasan adalah sebuah kewajiban dan tidak terbatas oleh waktu.
Sebagai organisasi buruh, kami-pun menentang keras praktek pemberangusan serikat (union busting) yang masih banyak dihadapi oleh kaum buruh ketika mendirikan dan menjalankan organisasi, utamanya ketika tidak sejalan dengan kepentingan pengusaha. Berkumpul dan berserikat adalah hak dasar rakyat, termasuk bagi kaum buruh. Hanya dengan berserikat kaum buruh dapat berunding, dengan membangun serikat buruh kaum buruh dapat menyampaikan aspirasi dan tuntutannya, hingga menyelenggarakan pemogokan untuk perbaikan upah dan kondisi kerjanya. Tanpa berserikat, kaum buruh mustahil menyelenggarakan pemogokan, dan tanpa pemogokan akan sangat berat bagi kaum buruh memenangkan tuntutannya terhadap perusahaan. Dalam catatan organisasi kami, pemogokan-pemogokan yang dilakukan GSBI ditingkat pabrik ketika dilakukan dengan disiplin dan pengorganisasian yang sabar adalah sarana paling efektif dalam memenangkan tuntutan kaum buruh dan pelipatgandaan jumlah anggota organisasi.
Dalam usahanya membangun dan meneguhkan diri sebagai serikat buruh sejati, GSBI tidak hanya memberikan perhatian terhadap isu sektoral buruh semata. Kami percaya, bahwa ditengah krisis imperialisme yang masih terjadi, beban penindasan tidak hanya dirasakan oleh kaum buruh, namun juga dihadapi oleh kaum tani, perempuan, pemuda mahasiswa, buruh migran hingga warga miskin perkotaan.
Bagi GSBI, kaum tani adalah sahabat sejati bagi buruh di Indonesia. Kami percaya sepenuhnya, bahwa masalah monopoli dan perampasan tanah yang saat ini dihadapi oleh kaum tani adalah masalah yang sama bagi kaum buruh di Indonesia. Untuk itulah, kami akan berada dalam barisan paling depan, bersama dengan kaum tani untuk menuntut dihentikannya monopoli dan perampasan tanah sekarang juga. Dalam perjuangannya untuk melawan berbagai bentuk perampasan tanah, tidak sedikit kaum tani yang ditangkap, dipenjarakan, luka-luka bahkan hingga meninggal dunia.
GSBI, senantiasa mendukung tuntutan kaum tani untuk memperjuangkan reforma agraria sejati sebagai sebuah usaha untuk melawan monopoli dan perampasan tanah di pedesaan. Hanya dengan reforma agraria sejati, kaum tani di Indonesia dapat mempertahankan lahan garapannya, memperoleh sumber penghidupannya dan menyediakan syarat bagi negeri ini agar mampu membangun industri nasionalnya agar kaum buruh dapat hidup sejahtera. Menjadi penting bagi kami dalam kesempatan ini untuk menyampaikan rasa hormat kepada seluruh kaum tani dan aktifis tani yang terus berjuang untuk mewujudkan reforma agraria sejati, menuntut agar seluruh kaum tani yang saat ini dipenjara, dibebaskan tanpa syarat, serta menyerukan kepada seluruh organisasi buruh untuk memiliki relasi yang erat dengan kaum tani dalam setiap perjuangannya.
Terhadap sektor rakyat lainnya, kamipun tetap memberikan perhatian serta dukungan. GSBI mendukung dihapuskannya diskriminasi terhadap kaum perempuan, serta melawan berbagai bentuk tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap kaum perempuan. Kami menentang berbagai kebijakan yang tidak menghormati hak-hak kaum perempuan ataupun merendahkan perempuan, seperti tidak memberikan cuti haid, cuti melahirkan, ataupun menyelenggarakan tes keperawanan sebagai salah satu syarat agar dapat diterima di Sekolah, Perguruan Tinggi, Kantor Pemerintahan maupun institusi militer. Kaum perempuan harus memiliki kesempatan yang sama dalam politik, ekonomi serta kebudayaan.
Harapan besar juga penting kami sampaikan kepada kawan-kawan pemuda dan mahasiswa yang hadir dalam forum ini. Kami memahami, bahwa pemuda dan mahasiswa adalah golongan terpelajar dengan pengetahuan yang baik, sebagaimana di katakan oleh Bapak Bangsa kita. Ir. Soekarno. "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia” “Pemuda adalah tulang punggung harapan Bangsa”. Pemuda dan mahasiswa memiliki energi yang luar biasa untuk melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Harapan kami, kawan-kawan pemuda dan mahasiswa dapat bekerja sama dengan organisasi buruh seperti kami (GSBI), membantu meningkatkan pengetahuan bagi kaum buruh serta keluarganya, serta mengajarkan keahlian-keahlian yang tidak mungkin didapatkan oleh kaum buruh dari bekerja di pabrik.
Pun demikian dengan kawan-kawan buruh migran Indonesia yang saat ini bekerja di luar negeri. GSBI senantiasa berjuang agar pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup didalam negeri serta kebijakan migrasi yang melindungi seluruh buruh migran dan keluarganya. Hal demikian agar tidak ada lagi buruh migran yang mengalami tindakan kekerasan, bahkan meninggal di negara penempatan. GSBI juga mendukung perjuangan yang dilakukan oleh warga miskin perkotaan untuk menerima hak-hak mereka sebagai warga negara, memperoleh tempat tinggal yang layak, pekerjaan dan terbebas dari penggusuran. Dukungan juga kami berikan terhadap para guru untuk mendapatkan haknya, termasuk memperoleh kebebasan bagi mereka agar dapat membangun organisasinya sendiri yang independen.
Dalam momentum Kongres Nasional III kali ini, GSBI kembali meneguhkan tekadnya sebagai serikat buruh sejati di Indonesia. Serikat buruh yang memiliki konsistensi untuk terus berjuang membela kepentingan kaum buruh serta rakyat Indonesia lainnya. Bersama kaum buruh dan sektor rakyat lainnya, GSBI berkeinginan membangun sebuah gerakan yang besar di Indonesia. Gerakan rakyat yang benar-benar lahir dari aspirasi massa, membela kepentingan massa dan tidak bertindak membelakangi kepentingan massa. Gerakan rakyat ini harus terus besar dan meluas, tidak hanya di perkotaan namun juga menjangkau di pedesaan, dimana GSBI berada, disanalah organisasi ini mempunyai peranan dan tanggung jawab untuk membangun gerakan rakyat yang kuat. Gerakan rakyat ini secara kontinyu menjalankan rencana-rencana aksi untuk membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh rakyat Indonesia, setahap demi setahap.
Terakhir, saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh tamu undangan yang telah berkenan hadir dalam acara pembukaan Kongres Nasional III GSBI hari ini. Terima kasih yang tak terhingga juga saya sampaikan kepada seluruh panitia yang telah bekerja keras mempersiapkan seluruh kebutuhan mulai hari ini sampai pelaksanaan Kongres nanti berakhir. Terima kasih kepada anggota GSBI dari seluruh wilayah yang telah berani menghadapi berbagai kesulitan untuk hadir dalam puncak konsolidasi organisasi kita.
Selamat menjalankan Kongres Nasional III, Jayalah GSBI, Jayalah perjuangan kaum buruh dan rakyat Indonesia.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Hidup Buruh!
Hidup Buruh!
Hidup GSBI !
Hidup Rakyat Indonesia!