Warga Hadiri PKB Pakai Kaos Tolak Reklamasi Teluk Benoa di Introgasi Aparat Keamanan
Wargai Hadiri PKB Pakai Kaos Tolak Reklamasi Teluk Benoa di Introgasi Aparat Keamanan INFO GSBI. Hari ini Sabtu, 11 Juni 2016 bertempat ...
https://www.infogsbi.or.id/2016/06/wargai-hadiri-pkb-pakai-kaos-tolak.html
Wargai Hadiri PKB Pakai Kaos Tolak Reklamasi Teluk Benoa di Introgasi Aparat Keamanan
INFO GSBI. Hari ini Sabtu, 11 Juni 2016 bertempat di Renon, Bali digelar acara Pesta Kesenian Bali (PKB) yang ke 38, acara ini akan dibuka resmi oleh Presiden RI Joko Widodo. Acara pesta kesenian ini di warnai dengan insiden tindakan arogan, anti demokrasi dan pembungkaman aspirasi demokratis rakyat dari aparat keamanan dimana warga yang memakai kaos tolak reklamasi teluk benoa di larang menyaksikan parade keseniian Bali ini.
Dilaporkan dari lapangan Renon, Warga masyarakat yang hadir dalam acara ini dengan menggunakan kaos For Bali Tolak Reklamasi Teluk Beno di introgasi Aparat keamanan baik itu Polisi ataupun TNI, mereka yang pake baju tolak reklasi di paksa untuk ganti baju, bahka menurut laporan relawan For Bali yang hadir di acara tersebut 2 (dua) orang yang menggunakan Kaos Tolak Reklamasi Telok Benoa sempat di pukuli dan diusir oleh Apar keamanan yaitu Suriadi Darmoko dan Adi Sumiarta. Akibat tindak kekerasan ini keduanya mengalami luka dan memar.
“Ketika di mintai keterangan dan penjelasan kepada pihak keamanan apa alasan dasar larangan warga menggunakan baju tolak reklamasi teluk benoa, pihak keamanan tidak bisa menjawab malah pihak keamanan marah marah dan mengusir warga bahkan ada yang dipukuli”.
Kejadian teror, intimidasi ini rupanya bukan hanya terjadi dilapangan Renon saja, bahkan sehari sebelum kedatangan Presiden Jokowi ke Bali untuk menghadiri pembukaan acara PKB ini, sudah banyak spanduk dan Baliho tolak reklasi yang hilang dan di hancurkan, Menurut Wayan Gendo Suardana salah satu tokoh Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa mengatakan, “Baliho selamat datang pak Jokowi dari Barisan Tolak Reklamasi di daerah Pesanggaran dihancurkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, Balihonya hancur lebur”.
Selain di Pesanggaran, pagi tadi warga dan pemuda di Sumerta di temui Babinsa juga mengintimidasi warga untuk meminta menurunkan Baliho, karena di tolak dan warga keberatan akhirnya Babinsa mengerahkan Satpol PP, dengan pengawalan ketat TNI Satpol PP menurunkan Baliho di Sumerta. Warga tetap menolak dan setelah di turunkan Satpol PP Baliho Tolak reklamasi kembali di didirikan oleh warga dan pemuda Sumerta.
Tadi malam (Sabtu dini hari) di Desa Pakraman Pedungan juga terjadi insiden, Baliho baliho yang di pasang juga di robek robek oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
“Setiap kedatangan Pak Jokowi Ke Bali pasti warga Bali yang menolak Reklamasi teluk Benoa di intimidasi, di teror dan Baliho-baliho serta spanduk tolak reklamasi yang di pasang dipaksa di turunkan bahkan ada yang di rusak, kami tidak takut, kami hanya geregetan saja melihat kejadian seperti ini yang penuh lawakan, pihak aparat keamanan ketakutan terhadap kaos Bali tolak reklamasi, Kami tidak takut karena nyali kami sudah terlatih menghadapi penindasan. Kami akan tetap berdiri tegak kami akan terus melawan dan tak akan menyerah untuk suarakan Tolak Reklamasi Teluk Bona dan Cabut Perpres No 51 tahun 2015”. kata Wayan Gendo.
Atas insiden ini Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI) melalui Ketua Umum nya Rudi HB Daman di Jakarta yang juga merupakan Kordinator Front Perjuangan Rakyat (FPR) menyampaikan Kecaman atas tindak kesewenang-wenangan Aparat Keamanan (Polisi dan TNI) di Bali yang melakukan Introgasi, teror, pemukulan dan pengusiran warga yang hadir dalam acara pesta kesenian Bali dengan memakai baju For Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa, yang memaksa menurunkan baliho-baliho tolak reklamasi, ini adalah tindakan yang brutal dan sewenang-wenang, ini tindakan yang melawan hukum dan aturan UUD 1945, ini tindakan fasis yang di pertontonkan oleh pemerintah Bali dan Pusat. Ini seperti jaman orde baru. kata Rudi.
Saya menyesalkan kejadian ini, ini mencederai demokrasi, ini adalah tindakan tidak beradab, maka kami minta Presiden Jokowi untuk segera menghentikan dan mengakhiri cara-cara seperti ini, Rakyat tidak takut dan akan tetap melawan.
Seharusnya justru pemerintah pusat dan daerah terkhusus Presiden melihat dan mendengarkan kenyataan saat ini bahwa rakyat Bali menolak Reklamasi Teluk Benoa, rakyat bali tidak butuh reklamasi, rakyat Bali menuntut Presiden untuk segera mencabut atau membatalkan Perpres 51 tahun 2014 ini yang harus di penuhi oleh Presiden. jelas Rudi.
GSBI dan Front Perjuangan Rakyat (FPR) di seluruh Indonesia mendukung penuh perjuangan rakyat Bali Menolak Reklamasi. tutup Rudi (red 2016)#
INFO GSBI. Hari ini Sabtu, 11 Juni 2016 bertempat di Renon, Bali digelar acara Pesta Kesenian Bali (PKB) yang ke 38, acara ini akan dibuka resmi oleh Presiden RI Joko Widodo. Acara pesta kesenian ini di warnai dengan insiden tindakan arogan, anti demokrasi dan pembungkaman aspirasi demokratis rakyat dari aparat keamanan dimana warga yang memakai kaos tolak reklamasi teluk benoa di larang menyaksikan parade keseniian Bali ini.
Dilaporkan dari lapangan Renon, Warga masyarakat yang hadir dalam acara ini dengan menggunakan kaos For Bali Tolak Reklamasi Teluk Beno di introgasi Aparat keamanan baik itu Polisi ataupun TNI, mereka yang pake baju tolak reklasi di paksa untuk ganti baju, bahka menurut laporan relawan For Bali yang hadir di acara tersebut 2 (dua) orang yang menggunakan Kaos Tolak Reklamasi Telok Benoa sempat di pukuli dan diusir oleh Apar keamanan yaitu Suriadi Darmoko dan Adi Sumiarta. Akibat tindak kekerasan ini keduanya mengalami luka dan memar.
“Ketika di mintai keterangan dan penjelasan kepada pihak keamanan apa alasan dasar larangan warga menggunakan baju tolak reklamasi teluk benoa, pihak keamanan tidak bisa menjawab malah pihak keamanan marah marah dan mengusir warga bahkan ada yang dipukuli”.
Kejadian teror, intimidasi ini rupanya bukan hanya terjadi dilapangan Renon saja, bahkan sehari sebelum kedatangan Presiden Jokowi ke Bali untuk menghadiri pembukaan acara PKB ini, sudah banyak spanduk dan Baliho tolak reklasi yang hilang dan di hancurkan, Menurut Wayan Gendo Suardana salah satu tokoh Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa mengatakan, “Baliho selamat datang pak Jokowi dari Barisan Tolak Reklamasi di daerah Pesanggaran dihancurkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, Balihonya hancur lebur”.
Selain di Pesanggaran, pagi tadi warga dan pemuda di Sumerta di temui Babinsa juga mengintimidasi warga untuk meminta menurunkan Baliho, karena di tolak dan warga keberatan akhirnya Babinsa mengerahkan Satpol PP, dengan pengawalan ketat TNI Satpol PP menurunkan Baliho di Sumerta. Warga tetap menolak dan setelah di turunkan Satpol PP Baliho Tolak reklamasi kembali di didirikan oleh warga dan pemuda Sumerta.
Tadi malam (Sabtu dini hari) di Desa Pakraman Pedungan juga terjadi insiden, Baliho baliho yang di pasang juga di robek robek oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
“Setiap kedatangan Pak Jokowi Ke Bali pasti warga Bali yang menolak Reklamasi teluk Benoa di intimidasi, di teror dan Baliho-baliho serta spanduk tolak reklamasi yang di pasang dipaksa di turunkan bahkan ada yang di rusak, kami tidak takut, kami hanya geregetan saja melihat kejadian seperti ini yang penuh lawakan, pihak aparat keamanan ketakutan terhadap kaos Bali tolak reklamasi, Kami tidak takut karena nyali kami sudah terlatih menghadapi penindasan. Kami akan tetap berdiri tegak kami akan terus melawan dan tak akan menyerah untuk suarakan Tolak Reklamasi Teluk Bona dan Cabut Perpres No 51 tahun 2015”. kata Wayan Gendo.
Atas insiden ini Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI) melalui Ketua Umum nya Rudi HB Daman di Jakarta yang juga merupakan Kordinator Front Perjuangan Rakyat (FPR) menyampaikan Kecaman atas tindak kesewenang-wenangan Aparat Keamanan (Polisi dan TNI) di Bali yang melakukan Introgasi, teror, pemukulan dan pengusiran warga yang hadir dalam acara pesta kesenian Bali dengan memakai baju For Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa, yang memaksa menurunkan baliho-baliho tolak reklamasi, ini adalah tindakan yang brutal dan sewenang-wenang, ini tindakan yang melawan hukum dan aturan UUD 1945, ini tindakan fasis yang di pertontonkan oleh pemerintah Bali dan Pusat. Ini seperti jaman orde baru. kata Rudi.
Saya menyesalkan kejadian ini, ini mencederai demokrasi, ini adalah tindakan tidak beradab, maka kami minta Presiden Jokowi untuk segera menghentikan dan mengakhiri cara-cara seperti ini, Rakyat tidak takut dan akan tetap melawan.
Seharusnya justru pemerintah pusat dan daerah terkhusus Presiden melihat dan mendengarkan kenyataan saat ini bahwa rakyat Bali menolak Reklamasi Teluk Benoa, rakyat bali tidak butuh reklamasi, rakyat Bali menuntut Presiden untuk segera mencabut atau membatalkan Perpres 51 tahun 2014 ini yang harus di penuhi oleh Presiden. jelas Rudi.
GSBI dan Front Perjuangan Rakyat (FPR) di seluruh Indonesia mendukung penuh perjuangan rakyat Bali Menolak Reklamasi. tutup Rudi (red 2016)#