GSBI Tangerang Raya Selenggarakan Diskusi Tentang Perempuan
GSBI Tangerang Raya Selenggarakan Diskusi Tentang Perempuan INFO GSBI . T angerang, 4/8/22016. Meningkatnya ekskalasi kekerasan, krimin...
https://www.infogsbi.or.id/2016/08/gsbi-tangerang-raya-selenggarakan.html
GSBI Tangerang Raya Selenggarakan Diskusi Tentang Perempuan
INFO GSBI. Tangerang,4/8/22016. Meningkatnya ekskalasi kekerasan, kriminalisasi yang terjadi di Indonesia adalah buah dari masifnya peran polisi dan TNI untuk menjamin keamanan Investasi di Indonesia yang terus melakukan ekspansi dan ekploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia di Indonesia, hal itu menambah kesengsaraan Kaum perempuan akibat kejahatan korporasi. Karena persoalan itulah pada hari Kamis, 4 Agustus 2016, GSBI Tangerang Raya menyelenggarakan diskusi luas dengan mengambil tema “ Gerakan Perempuan Anti Fasis, Kekerasan dan Perang Agresi”.
INFO GSBI. Tangerang,4/8/22016. Meningkatnya ekskalasi kekerasan, kriminalisasi yang terjadi di Indonesia adalah buah dari masifnya peran polisi dan TNI untuk menjamin keamanan Investasi di Indonesia yang terus melakukan ekspansi dan ekploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia di Indonesia, hal itu menambah kesengsaraan Kaum perempuan akibat kejahatan korporasi. Karena persoalan itulah pada hari Kamis, 4 Agustus 2016, GSBI Tangerang Raya menyelenggarakan diskusi luas dengan mengambil tema “ Gerakan Perempuan Anti Fasis, Kekerasan dan Perang Agresi”.
Foto dok_Anggota perempuan GSBI yang mengikusi diskusi |
Diskusi ini diselenggarkan di Sekretariat SBGTS GSBI PT PDK Kota Tangerang di hadiri oleh aktifis perempuan dan anggota GSBI di wilayah Tangerang Raya, dengan Narasumber Helda Khasmy dari International Women Alliance (IWA) dan juga aktifis dari Serikat Perempuan Indonesia (SERUNI).
Krisis ekonomi, politik, budaya dan lingkungan dunia yang kian parah telah menempatkan kaum perempuan dalam keadaan yang menderita. Neo-kolonialisme dan monopoli serta pengendalian ekonomi, politik dan budaya oleh banyak negara imperialisme terus mengeksploitasi, menindas dan menghancurkan kehidupan perempuan. Saat ini mayoritas Perempuan hidup di bawah kondisi seperti budak sementara perusahaan multinasional meraup keuntungan yang tinggi. Buruh perempuan menerima upah jauh lebih rendah di bawah kondisi kerja yang tidak manusiawi, tanpa perlindungan dan jaminan keamanan. Sementara itu, intensifikasi konversi lahan dan tanah serta sumber daya untuk bisnis termasuk pertambangan dan penebangan konsesi skala besar telah meninggalkan seluruh komunitas petani dan perempuan adat tidak memiliki lahan, foodless dan lingkungan hancur membuat bencana kehidupan bagi perempuan dan anak-anak. Bencana alam memiliki efek merugikan akibat perubahan iklim. Penjarahan imperialis dan monopoli juga telah memimpin poros militer AS masuk jauh turut campur ke Asia dan Pasifik. Kemiskinan memburuk juga telah meningkatkan kerentanan perempuan terhadap segala bentuk kekerasan dan meningkatkan kehadiran pasukan AS dengan hak baru lebih besar di Asia dan Perjanjian Kemitraan Transpacific (TPPA) ini akan meningkatkan perempuan dan anak -anak korban kekerasan seksual, perdagangan seks dan prostitusi . Merawat anak-anak dan masalah kesehatan tetap menjadi tanggung jawab perempuan, di tengah layanan kesehatan yang di privatisasi, ditengah-tengah meningkatnya harga pangan dan kerawanan pangan besar-besaran. Hal lain adala meningkatnya jumlah migran yang juga adalah perempuan dan anak-anak.
Di pabrik kaum perempuan harus bergabung dan aktif di serikat buruh yang sejati, berjuang bersama dengan kaum laki-laki untuk kesejahteraan, keadilan dan juga hak-hak perempuan. Jelas Helda.
"Mengetahui situasi demikian dan banyaknya masalah yang di hadapai kaum perempuan terutama di pabrik sebagaimana di paparkan narasumber dan yang saya alami serta lihat sendiri, sebagai perempuan dan juga buruh hati saya tergetar, perasaan berkecamuk, dan semangat saya bergelora untuk terus berorganisasi mengingat masih banyak hak buruh perempuan yang masih dilanggar perusahaan". Ungkap salah satu perserta diskusi di kantor secretariat GSBI Tangerang.
Krisis ekonomi, politik, budaya dan lingkungan dunia yang kian parah telah menempatkan kaum perempuan dalam keadaan yang menderita. Neo-kolonialisme dan monopoli serta pengendalian ekonomi, politik dan budaya oleh banyak negara imperialisme terus mengeksploitasi, menindas dan menghancurkan kehidupan perempuan. Saat ini mayoritas Perempuan hidup di bawah kondisi seperti budak sementara perusahaan multinasional meraup keuntungan yang tinggi. Buruh perempuan menerima upah jauh lebih rendah di bawah kondisi kerja yang tidak manusiawi, tanpa perlindungan dan jaminan keamanan. Sementara itu, intensifikasi konversi lahan dan tanah serta sumber daya untuk bisnis termasuk pertambangan dan penebangan konsesi skala besar telah meninggalkan seluruh komunitas petani dan perempuan adat tidak memiliki lahan, foodless dan lingkungan hancur membuat bencana kehidupan bagi perempuan dan anak-anak. Bencana alam memiliki efek merugikan akibat perubahan iklim. Penjarahan imperialis dan monopoli juga telah memimpin poros militer AS masuk jauh turut campur ke Asia dan Pasifik. Kemiskinan memburuk juga telah meningkatkan kerentanan perempuan terhadap segala bentuk kekerasan dan meningkatkan kehadiran pasukan AS dengan hak baru lebih besar di Asia dan Perjanjian Kemitraan Transpacific (TPPA) ini akan meningkatkan perempuan dan anak -anak korban kekerasan seksual, perdagangan seks dan prostitusi . Merawat anak-anak dan masalah kesehatan tetap menjadi tanggung jawab perempuan, di tengah layanan kesehatan yang di privatisasi, ditengah-tengah meningkatnya harga pangan dan kerawanan pangan besar-besaran. Hal lain adala meningkatnya jumlah migran yang juga adalah perempuan dan anak-anak.
Keadaan perempuan demikian terjadi dan dialami juga oleh kaum perempuan Indonesia. Seperti di Pabrik, kantor, di pedesaan , kampus dllnya. Atas situasi tersebut, menurut Helda, Perempuaan harus meningkatkan militansinya untuk bergabung dan bergandengan tangan dengan bangsa didunia untuk mengakhiri perang agresi dan menghentikan dominasi ekonomi dan politik neo liberal. Kaum Perempuan harus terus bediri untuk kemaajuan dan kemenangan dalam perjuangan untuk pembebasan perempuan.
Lebih lanjut Helda menjelaskan, bahwa perempuan yang terlahir dari rahim seorang ibu secara ikhwal setara dengan laki-laki, yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama, ketika kita di tindas sudah menjadi keharusan untuk berlawan” melawan ketidakadilan di pabrik, melawan perampasan dan monopoly tanah seperti di Olak-olak Kubu raya dimana perempuan menjadi garda terdepan melawan kekerasan yang dilakukan PT. Sintang Raya yang merampas tanah dengan cara-cara kekerasan, kriminalisasi yang menggunakan kekuatan polisi, TNI dan orang-orang bayaran (kekerasan yang dilakukan negara). Perempuan perempuan Olak olak Kubu Raya menghadang polisi yang ingin membubarkan aksi damai mereka pada tanggal 23 Juli 2016 lalu.
Lebih lanjut Helda menjelaskan, bahwa perempuan yang terlahir dari rahim seorang ibu secara ikhwal setara dengan laki-laki, yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama, ketika kita di tindas sudah menjadi keharusan untuk berlawan” melawan ketidakadilan di pabrik, melawan perampasan dan monopoly tanah seperti di Olak-olak Kubu raya dimana perempuan menjadi garda terdepan melawan kekerasan yang dilakukan PT. Sintang Raya yang merampas tanah dengan cara-cara kekerasan, kriminalisasi yang menggunakan kekuatan polisi, TNI dan orang-orang bayaran (kekerasan yang dilakukan negara). Perempuan perempuan Olak olak Kubu Raya menghadang polisi yang ingin membubarkan aksi damai mereka pada tanggal 23 Juli 2016 lalu.
Di pabrik kaum perempuan harus bergabung dan aktif di serikat buruh yang sejati, berjuang bersama dengan kaum laki-laki untuk kesejahteraan, keadilan dan juga hak-hak perempuan. Jelas Helda.
"Mengetahui situasi demikian dan banyaknya masalah yang di hadapai kaum perempuan terutama di pabrik sebagaimana di paparkan narasumber dan yang saya alami serta lihat sendiri, sebagai perempuan dan juga buruh hati saya tergetar, perasaan berkecamuk, dan semangat saya bergelora untuk terus berorganisasi mengingat masih banyak hak buruh perempuan yang masih dilanggar perusahaan". Ungkap salah satu perserta diskusi di kantor secretariat GSBI Tangerang.
Oki Firman Febrian, selaku Kepala Departemen Pendidikan, Latihan dan Propagandan DPP GSBI, dalam pembukaan acara diskusi menjelaskan, bahwa minimnya edukasi dan propaganda menjadi faktor utama yang menyebabkan perempuan enggan untuk aktif
berorganisasi. Maka kemudian kegiatan ini bermaksut meningkatkan kesadaran dan militansi anggota perempuan GSBI,
membongkar permasalahan utama perempuan hingga tidak ragu lagi untuk
berorganisasi dan berjuang.
Selain pemaparan materi oleh narasumber, diskusi juga di lanjutkan dengan tanya jawab interaktif dari peserta yang berjalan sangat hidup dan meriah. Dan dalam penutup diskusi, Helda sebagai narasumber dan aktifis pejang Perempuan (SERUNI) menyampaikan penghormatan setinggi-tingginya kepada seluruh
perempuan Indonesia yang terus melakukan perjuangan atas hak dasarnya sebagai
perempuan dan meyerukan kepada perempuan-perempuan Indonesia berdampingan dengan
kaum laki-laki untuk berjuang bersama.
Acara diskusi ini ditutup dengan foto bersama sebagai dukungan perjuangan untuk petani Olak olak Kubu Raya-Kalimantan Barat. (Ss_Red-rd/Agst/2016)#
Acara diskusi ini ditutup dengan foto bersama sebagai dukungan perjuangan untuk petani Olak olak Kubu Raya-Kalimantan Barat. (Ss_Red-rd/Agst/2016)#