Pringati Hari Tani Nasional 2016 FPR Tolak Reforma Agraria Palsu Ala Jokowi
Pringati Hari Tani Nasional 2016 FPR Tolak Reforma Agraria Palsu Ala Jokowi. INFO GSBI. Jakarta, 27/9/2016. Dalam Peringatan Hari Tani...
https://www.infogsbi.or.id/2016/09/pringati-hari-tani-nasional-2016-fpr.html?m=0
Pringati Hari Tani Nasional 2016 FPR Tolak Reforma Agraria Palsu Ala Jokowi.
INFO GSBI. Jakarta, 27/9/2016. Dalam Peringatan Hari Tani Nasional ke 56 ratusan massa anggota GSBI melakukan unjuk rasa ke Istana Negara, Senin, 26 September 2016 bersama dengan ribuan petani dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), Lidah Tani Blora serta para warga korban penggusuran dan reklamasi teluk Jakarta. Aksi ini di kordinasikan secara nasional oleh Front Perjuangan Rakyat (FPR). Aksi di Jakarta bergabung berbagai organisasi rakyat seperti; GSBI, SBMI, FMN, AGRA, JAPI, SERUNI, SPJ-PEMBARU, LIDAH TANI, E.N. LMND, KUMAUNG, INDIES, PMII Kota Bandung, ILPS Indonesia, JBMI-Indonesia dllnya.
Aksi di mulai dititik kumpul Masjid Istiqlal dimana masa kaum tani dari berbagai daerah mulai berdatangan sejak pukul 04.00 wib, dan pada pukul 09.00 wib massa mulai bergerak loch mach menuju Kantor Gubernur-Balai Kota DKI Jakarta, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI dan Istana Negara (kantor Presiden RI).
Di Balai Kota DKI Jakarta, warga korban penggusuran dari Kali Apuran, Kamal dan beberapa tempat lainnya menyampikan orasi, termasuk Ketua Serikat Pemuda Jakarta (SPJ-Pembaru) yang selama ini intensif bekerja bersama dengan warga pengusuran di Jakarta juga tampil berorasi menyampaikan pandangan dan tuntutannya menolak reklamasi teluk Jakarta dan penggusuran dan menyatakan bahwa Ahok Gubernur raja Gusur. Mahasiswa UI juga tampil berorasi mendukung perjuangan warga Jakarta menolak reklamasi dan penggusuran di Jakarta, dan secara tegas mendukung perjuangan kaum Tani untuk melawan monopoli dan perampasan tanah di Indonesia, melawan Reforma Agraria palsu ala Jokowi, yang secara terang mengatakan bahwa Mahasiwa UI siap berjuangan bersama rakyat.
Sedangkan di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI, tampail berorasi dari warga Rumpin-Bogor yang memiliki sengketa lahan dengan TNI -AU, berorasi juga dari AGRA Jawa Barat, Agra Jawa Tengah dan Petani Banten. Setelah beristirahat selama 15 menit massa pun melanjutkan bergerak menuju Istana Negara.
Begitu sampai di depan Istana Negara, massa aksi terus berteriak meneriakkan yel-yel Jokowi JK Boneka Amerika, rezim anti rakyat dan anti Demokrasi, massa juga dengan lantang menolak Reforma Agraria Palsu ala Jokowi.
Setelah korlap merapikan barisan dan massa tertata dengan rapu, aksipun di mulai dengan di Menyanyikan Lagu Indonesia sebagai pembukaan, yang di lanjutkan dengan orasi Politik yang di sampaikan oleh Kordinator FPR, Rudi HB Daman yang juga Ketua Umum GSBI dalam orasinya FPR menyampaikan selamat Hari Tani Nasional ke-56. FPR juga menyampaikan rasa hormat dan apresiasi setinggi-tingginya kepada kaum tani, klas buruh, pemuda mahasiswa, perempuan, buruh migrant dan seluruh rakyat tertindas Indonesia yang sampai hari ini tetap konsisten dalam memperjuangkan haknya yang dirampas oleh penguasa serta demi terwujudnya reforma agraria sejati sebagai basis pembangunan mewujudkan industri nasional di Indonesia. Karena hanya dengan reforma agraria sejati dan industri nasional, rakyat Indonesia akan mampu meraih kemandirian, kedaulatan dan kemerdekaan sejati sebagai bangsa dan negara yang bebas dari belenggu penindasan dan penghisapan feodalisme serta imperialisme yang masih bercokol di Indonesia. Jelas Rudi.
Lanjut Rudi, Bahwa Reforma agraria sejati adalah menghapuskan monopoli dan perampasan tanah oleh tuan tanah besar, borjuasi besar komprador (Sinar Mas, Wilmar, Lonsum, Riau Pulp, dsb) dan negara sebagai tuan tanah (PTPN, Perhutani, Inhutani, Taman Nasional) serta milik asing semacam PT. Freport, Newmont. Selain itu reforma agraria juga harus mencakup; penurunan sewa tanah, sarana produksi pertanian terjangkau, kenaikan harga produk pertanian, penghapusan utang oleh tengkulak/Bank, mengakui hak masyarakat adat/nelayan serta penguatan organisasi massa tani.
Jika merujuk reforma agraria sejati bagi kaum tani dan rakyat tersebut, semakin menunjukkan bahwa reforma agraria Jokowi-JK hanyalah PALSU. Dan Jokowi-JK hanya akan semakin meningkatkan monopoli dan perampasan tanah dengan berbagai kebijakan neoliberalisasinya termasuk penerbitan paket kebijakan ekonomi Jilid I-XIII. Selain itu juga Jokowi-JK tetap mempertahankan semacam PP no. 72 tahun 2010 tentang perum perhutani yang memonopoli tanah khususnya di pulau jawa.
Rudi menyatakan bahwa perjuangan reforma agraria sejati adalah aspirasi sejati rakyat sebagai jaminan terwujudnya keadilan atas hak kepemilikan tanah dan jaminan akses rakyat atas sumber daya alam. Namun hingga 56 tahun lahirnya UUPA monopoli tanah semakin merajalela bahkan tindak kekerasan dan kriminalisasi terhadap rakyat dalam konflik agraria semakin meluas.
“Saat ini 47juta hektar tanah dikuasai oleh perkebunan dan pertambangan, ditambah konsesi hutan seluas 35,8 juta hektar. Jumlah ini sangat timpang dengan penguasaan tanah oleh kaum tani yang terus merosot. Mayoritas kaum tani Indonesia adalah petani miskin dan buruh tani yang mengelola tanah dibawah 0,2 hektar”, ungkap Koordinator FPR Rudi H.B. Daman.
Setelah orasi dari Kordinator FPR, dilanjutkan dengan pembacaan Pusi oleh Widi dari FMN selanjutnya para pimpinan organsiasi bergantian berorasi menyampaikan pandangan politik dan tuntutanya seperti orasi dari Sekjend SBMI, Lidah Tani, AGRA Wonsobo-Jawa Tengah, Sekjend AGRA, Kabar Bumi, GSBI, PMII Kota Bandung, Kumaung, EN.LMND, Petani Banten, Ketua FMN dan Direktur INDIES yang di selingi dengan acara kebudayaan penampilan musik dari Mineral7.
Acara aksi di tutup pukul 15.30 wib dengan pembacaan pernyataan sikap dan tuntutan bersama yang di pimpin langsung oleh Kordinator FPR, dimana seluruh para pimpinan organisasi yang hadir berbaris di depan massa membaca pernyataan sikap dan tuntutan serta menyerukan kepada seluruh kaum tani dan rakyat Indonesia untuk MELAWAN Reforma Agraria PALSU Jokowi-JK dan meneruskan perjuangan untuk Land Reform Sejati dan Industri Nasional.
Dan berikut ini adalah tuntutan FPR dalam peringatan HTN 2016, 26 September 2016 :
1. Hentikan perampasan tanah dan seluruh pemberian izin bagi perkebunan besar, penguasaan hutan, taman nasional, pertambangan besar yang telah menguatkan sistem monopoli tanah. Wujudkan Reforma Agraria Sejati dan bangun Industri Nasional
2. Hentikan intimidasi, teror, kekerasan dan kriminalisasi terhadap kaum tani dan seluruh rakyat yang mempertahankan dan memperjuangkan hak demokratisnya.
3. Turunkan sewa tanah, Naikkan upah buruh tani, Turunkan harga sarana produksi pertanian, Turunkan bunga kredit pertanian, Naikkan harga produk pertanian dan, Tolak import produk pertanian asing
4. Turunkan Biaya Produksi pertanian-Tolak PIS AGRO dan berbagai skema liberalisasi pertanian
5. Sediakan lapangan kerja, Naikkan Buruh Industri di perkotaan
6. Akhiri Kemiskinan dan perdagangan manusia serta berikan perlindungan sejati bagi buruh migran dan keluarganya!
7. Tolak Reklamasi Jakarta dan Hentikan Penggusuran terhadap Rakyat
8. Berikan Pendidikan ilmiah, demokratis dan mengabdi kepada rakyat
9. Hentikan Perampasan Upah, Tanah dan, Kerja!
Aksi nasional Peringatan hari tani nasional 2016, 26 September 2016 yang di kordinasikan FPR serentak diselenggarakan di 17 kota/kabupaten seperti; Medan- Suamtera Utara; Riau dan Rokan Ulu- Sumatera; Palu, kabupaten Buol, Poso-Sulawesi Tengah, Mataram dan Dompu-NTB, Kalimantan Barat, Maksar Sulawesi Selatan dan llnya. Sementara FPR Hongkong telah menyelenggarakan aksi HTN pada 25 September sekaligus menggalang bantuan untuk korban bencana Garut, Sumedang Jawa Barat. (RD-2016)#
INFO GSBI. Jakarta, 27/9/2016. Dalam Peringatan Hari Tani Nasional ke 56 ratusan massa anggota GSBI melakukan unjuk rasa ke Istana Negara, Senin, 26 September 2016 bersama dengan ribuan petani dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), Lidah Tani Blora serta para warga korban penggusuran dan reklamasi teluk Jakarta. Aksi ini di kordinasikan secara nasional oleh Front Perjuangan Rakyat (FPR). Aksi di Jakarta bergabung berbagai organisasi rakyat seperti; GSBI, SBMI, FMN, AGRA, JAPI, SERUNI, SPJ-PEMBARU, LIDAH TANI, E.N. LMND, KUMAUNG, INDIES, PMII Kota Bandung, ILPS Indonesia, JBMI-Indonesia dllnya.
Aksi di mulai dititik kumpul Masjid Istiqlal dimana masa kaum tani dari berbagai daerah mulai berdatangan sejak pukul 04.00 wib, dan pada pukul 09.00 wib massa mulai bergerak loch mach menuju Kantor Gubernur-Balai Kota DKI Jakarta, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI dan Istana Negara (kantor Presiden RI).
Di Balai Kota DKI Jakarta, warga korban penggusuran dari Kali Apuran, Kamal dan beberapa tempat lainnya menyampikan orasi, termasuk Ketua Serikat Pemuda Jakarta (SPJ-Pembaru) yang selama ini intensif bekerja bersama dengan warga pengusuran di Jakarta juga tampil berorasi menyampaikan pandangan dan tuntutannya menolak reklamasi teluk Jakarta dan penggusuran dan menyatakan bahwa Ahok Gubernur raja Gusur. Mahasiswa UI juga tampil berorasi mendukung perjuangan warga Jakarta menolak reklamasi dan penggusuran di Jakarta, dan secara tegas mendukung perjuangan kaum Tani untuk melawan monopoli dan perampasan tanah di Indonesia, melawan Reforma Agraria palsu ala Jokowi, yang secara terang mengatakan bahwa Mahasiwa UI siap berjuangan bersama rakyat.
Sedangkan di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI, tampail berorasi dari warga Rumpin-Bogor yang memiliki sengketa lahan dengan TNI -AU, berorasi juga dari AGRA Jawa Barat, Agra Jawa Tengah dan Petani Banten. Setelah beristirahat selama 15 menit massa pun melanjutkan bergerak menuju Istana Negara.
Begitu sampai di depan Istana Negara, massa aksi terus berteriak meneriakkan yel-yel Jokowi JK Boneka Amerika, rezim anti rakyat dan anti Demokrasi, massa juga dengan lantang menolak Reforma Agraria Palsu ala Jokowi.
Setelah korlap merapikan barisan dan massa tertata dengan rapu, aksipun di mulai dengan di Menyanyikan Lagu Indonesia sebagai pembukaan, yang di lanjutkan dengan orasi Politik yang di sampaikan oleh Kordinator FPR, Rudi HB Daman yang juga Ketua Umum GSBI dalam orasinya FPR menyampaikan selamat Hari Tani Nasional ke-56. FPR juga menyampaikan rasa hormat dan apresiasi setinggi-tingginya kepada kaum tani, klas buruh, pemuda mahasiswa, perempuan, buruh migrant dan seluruh rakyat tertindas Indonesia yang sampai hari ini tetap konsisten dalam memperjuangkan haknya yang dirampas oleh penguasa serta demi terwujudnya reforma agraria sejati sebagai basis pembangunan mewujudkan industri nasional di Indonesia. Karena hanya dengan reforma agraria sejati dan industri nasional, rakyat Indonesia akan mampu meraih kemandirian, kedaulatan dan kemerdekaan sejati sebagai bangsa dan negara yang bebas dari belenggu penindasan dan penghisapan feodalisme serta imperialisme yang masih bercokol di Indonesia. Jelas Rudi.
Lanjut Rudi, Bahwa Reforma agraria sejati adalah menghapuskan monopoli dan perampasan tanah oleh tuan tanah besar, borjuasi besar komprador (Sinar Mas, Wilmar, Lonsum, Riau Pulp, dsb) dan negara sebagai tuan tanah (PTPN, Perhutani, Inhutani, Taman Nasional) serta milik asing semacam PT. Freport, Newmont. Selain itu reforma agraria juga harus mencakup; penurunan sewa tanah, sarana produksi pertanian terjangkau, kenaikan harga produk pertanian, penghapusan utang oleh tengkulak/Bank, mengakui hak masyarakat adat/nelayan serta penguatan organisasi massa tani.
Jika merujuk reforma agraria sejati bagi kaum tani dan rakyat tersebut, semakin menunjukkan bahwa reforma agraria Jokowi-JK hanyalah PALSU. Dan Jokowi-JK hanya akan semakin meningkatkan monopoli dan perampasan tanah dengan berbagai kebijakan neoliberalisasinya termasuk penerbitan paket kebijakan ekonomi Jilid I-XIII. Selain itu juga Jokowi-JK tetap mempertahankan semacam PP no. 72 tahun 2010 tentang perum perhutani yang memonopoli tanah khususnya di pulau jawa.
Rudi menyatakan bahwa perjuangan reforma agraria sejati adalah aspirasi sejati rakyat sebagai jaminan terwujudnya keadilan atas hak kepemilikan tanah dan jaminan akses rakyat atas sumber daya alam. Namun hingga 56 tahun lahirnya UUPA monopoli tanah semakin merajalela bahkan tindak kekerasan dan kriminalisasi terhadap rakyat dalam konflik agraria semakin meluas.
“Saat ini 47juta hektar tanah dikuasai oleh perkebunan dan pertambangan, ditambah konsesi hutan seluas 35,8 juta hektar. Jumlah ini sangat timpang dengan penguasaan tanah oleh kaum tani yang terus merosot. Mayoritas kaum tani Indonesia adalah petani miskin dan buruh tani yang mengelola tanah dibawah 0,2 hektar”, ungkap Koordinator FPR Rudi H.B. Daman.
Setelah orasi dari Kordinator FPR, dilanjutkan dengan pembacaan Pusi oleh Widi dari FMN selanjutnya para pimpinan organsiasi bergantian berorasi menyampaikan pandangan politik dan tuntutanya seperti orasi dari Sekjend SBMI, Lidah Tani, AGRA Wonsobo-Jawa Tengah, Sekjend AGRA, Kabar Bumi, GSBI, PMII Kota Bandung, Kumaung, EN.LMND, Petani Banten, Ketua FMN dan Direktur INDIES yang di selingi dengan acara kebudayaan penampilan musik dari Mineral7.
Acara aksi di tutup pukul 15.30 wib dengan pembacaan pernyataan sikap dan tuntutan bersama yang di pimpin langsung oleh Kordinator FPR, dimana seluruh para pimpinan organisasi yang hadir berbaris di depan massa membaca pernyataan sikap dan tuntutan serta menyerukan kepada seluruh kaum tani dan rakyat Indonesia untuk MELAWAN Reforma Agraria PALSU Jokowi-JK dan meneruskan perjuangan untuk Land Reform Sejati dan Industri Nasional.
Dan berikut ini adalah tuntutan FPR dalam peringatan HTN 2016, 26 September 2016 :
1. Hentikan perampasan tanah dan seluruh pemberian izin bagi perkebunan besar, penguasaan hutan, taman nasional, pertambangan besar yang telah menguatkan sistem monopoli tanah. Wujudkan Reforma Agraria Sejati dan bangun Industri Nasional
2. Hentikan intimidasi, teror, kekerasan dan kriminalisasi terhadap kaum tani dan seluruh rakyat yang mempertahankan dan memperjuangkan hak demokratisnya.
3. Turunkan sewa tanah, Naikkan upah buruh tani, Turunkan harga sarana produksi pertanian, Turunkan bunga kredit pertanian, Naikkan harga produk pertanian dan, Tolak import produk pertanian asing
4. Turunkan Biaya Produksi pertanian-Tolak PIS AGRO dan berbagai skema liberalisasi pertanian
5. Sediakan lapangan kerja, Naikkan Buruh Industri di perkotaan
6. Akhiri Kemiskinan dan perdagangan manusia serta berikan perlindungan sejati bagi buruh migran dan keluarganya!
7. Tolak Reklamasi Jakarta dan Hentikan Penggusuran terhadap Rakyat
8. Berikan Pendidikan ilmiah, demokratis dan mengabdi kepada rakyat
9. Hentikan Perampasan Upah, Tanah dan, Kerja!
Aksi nasional Peringatan hari tani nasional 2016, 26 September 2016 yang di kordinasikan FPR serentak diselenggarakan di 17 kota/kabupaten seperti; Medan- Suamtera Utara; Riau dan Rokan Ulu- Sumatera; Palu, kabupaten Buol, Poso-Sulawesi Tengah, Mataram dan Dompu-NTB, Kalimantan Barat, Maksar Sulawesi Selatan dan llnya. Sementara FPR Hongkong telah menyelenggarakan aksi HTN pada 25 September sekaligus menggalang bantuan untuk korban bencana Garut, Sumedang Jawa Barat. (RD-2016)#