Pringati Hari Tani Nasional ke 56 tahun GSBI Tolak Reforma Agraria Palsu Ala Jokowi
Peringati Hari Tani Nasional ke 56 tahun GSBI Tolak Reforma Agraria Palsu ala Jokowi Ketua Umum GSBI dan juga Kordinator FPR Sedang Beror...
https://www.infogsbi.or.id/2016/09/pringati-hari-tani-nasional-ke-56-tahun.html
Peringati Hari Tani Nasional ke 56 tahun GSBI Tolak Reforma Agraria Palsu ala Jokowi
Ketua Umum GSBI dan juga Kordinator FPR Sedang Berorasi, 26 Sept 2016 |
INFO GSBI.
Jakarta, 27/9/2016. Ratusan massa anggota GSBI melakukan aksi di Istana Negara, Senin, 26 September 2016 bersama
dengan ribuan petani dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten yang
tergabung dalam Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), Lidah Tani Blora serta
para warga korban penggusuran dan reklamasi teluk Jakarta dan berbagai
organisasi rakyat lainnya dibawah kordinasi aliansi luas Front Perjuangan
Rakyat (FPR).
GSBI melalui Ketua Umumnya Rudi HB Daman yang juga merupakan Kordiantor FPR
menyatakan, GSBI sebagai organisasi massa serikat buruh, memahami
benar bahwa perjuangan kaum tani untuk melawan monopoli dan perampasan tanah
memiliki arti penting bagi kehidupan klas buruh. Penghapusan monopoli dan
perampasan tanah akan memberikan syarat penghidupan yang lebih baik bagi kaum
tani dan seluruh rakyat Indonesia. Sehingga bagi GSBI, berjuang bersama dengan
kaum tani untuk melawan monopoli dan perampasan tanah adalah suatu keharusan.
“Ditengah
masifnya perjuangan kaum tani melawan monopoli dan perampasan tanah,
pemerintahan Jokowi berusaha mengilusi kaum tani dengan mengeluarkan sebuah
program reforma agraria sebagai kampanye untuk menarik dukungan dari kaum tani
di Indonesia. Didalam program reforma agrarian-nya, pemerintahan Jokowi
menjanjikan pembagian lahan seluas 9 juta hektar kepada kaum tani, terbagi
dalam dua kategori. Pertama, legalisasi asset (4,5 juta Ha) dan kedua,
redistribusi tanah (4,5 juta Ha). Legalisasi asset akan dibagi kembali dalam
dua kategori; tanah transmigrasi yang belum bersertifikat (0,6 juta Ha) dan
legalisasi asset (3,9 juta Ha). Sementara untuk kategori redistribusi tanah
dibagi dalam; HGU habis dan tanah terlantar (0,6 juta Ha) dan pelepasan kawasan
hutan (4,1 juta Ha)”. Papar Rudi.
Lebih lanjut
Rudi mengatakan, bahwa Program reforma agraria yang
dijanjikan oleh pemerintahan Jokowi sama sekali tidak menyentuh atau
menghilangkan praktek monopoli tanah yang saat ini masih eksis di Indonesia.
Reforma agraria sejati adalah program untuk membebaskan kaum tani dan rakyat
Indonesia dari praktek monopoli atas tanah. Selain itu, program reforma agraria
Jokowi sama sekali tidak menyentuh terhadap pemberian subsidi kepada kaum tani.
Tidak menyediakan sarana produksi pertanian yang murah bagi kaum tani, termasuk
memberikan perlindungan terhadap hasil produksi kaum tani. Termasuk tidak
melibatkan kaum tani untuk menetapkan program reforma agraria di Indonesia. Atas
dasar tersebut, GSBI berpandangan bahwa program reforma agraria Jokowi bukanlah
reforma agraria sejati dan tidak akan menjawab persoalan utama kaum tani di
Indonesia. Terang Rudi.
Untuk itu GSBI
berpandangan bahwa reforma agraria sejati bukan hanya aspirasi bagi kaum tani,
melainkan kepentingan yang sama bagi klas buruh di Indonesia. Penindasan dan
penghisapan terhadap klas buruh melalui politik upah murah, sistem kerja
kontrak dan outsourcing hingga
pemberangusan serikat buruh dan jaminan sosial hanya akan dapat dihapuskan
ketika negeri ini membangun industri nasionalnya. Sementara industrialisasi
nasional hanya akan bisa diwujudkan apabila reforma agraria sejati berhasil
dilaksanakan di Indonesia. Mustahil membangun industry nasional tanpa
menjalankan reforma agraria yang sejati, karena hanya dengan reforma agraria
sejati negeri ini memiliki syarat bagi pembangunan industry nasionalnya.
Sehingga, pembebasan kaum tani atas problem utamanya yaitu monopoli dan
perampasan tanah sesungguhnya merupakan perjuangan utama yang harus dilakukan
oleh klas buruh di Indonesia jika ingin mendapatkan kemerdekaan sejatinya.
Untuk itu
GSBI menolak dan menuntut pemerintah Jokowi JK untuk menghentikan Reforma
Agraria palsunya, dan mendesak untuk segera melaksankan Reforma Agraria sejati
serta membangun Industri nasional sebagai aspirasi sejati rakyat Indoensia. (Red2016)#