Darkisem di Usir dari Pabrik Saat Ajukan Cuti Hamil, Bayinya Lahir Menderita Sindrom Achondraplasia
INFO GSBI-Kota Bekasi. Darkisem telah diusir dari pabrik. Tepatnya tanggal 24 November 2017. Buruh perempuan asal Indramayu dengan tiga a...
https://www.infogsbi.or.id/2019/12/darkisem-di-usir-dari-pabrik-saat.html
INFO GSBI-Kota Bekasi. Darkisem telah diusir dari pabrik. Tepatnya tanggal 24 November 2017. Buruh perempuan asal Indramayu dengan tiga anak ini telah menyerahkan tenaga dan waktunya bertahun-tahun ke perusahaan, tapi akhirnya ibarat sampah: dibuang begitu saja! .
Baca juga : https://www.infogsbi.or.id/2019/11/darkisem-mengajukan-cuti-hamil-malah-di.html
Tanggal 08 Desember 2017 Darkisem melahirkan bayi perempuan yang diberi nama Arsylla.
Malang tidak dapat ditolak, keadaan bayi Darkisem lahir dengan kondisi mengenaskan, bayi malang itu menderita Sindrom Achondraplasia (Sindrom Keterlambatan pertumbuhan tulang) sehingga bayi berusia 22 bulan ini masih belum bisa apa-apa. Badannya lemah kurus, kepala membesar, kaki leter X, tidak bisa bergerak bahkan juga berbicara sekedar mengucapkan mama saja tidak bisa. Dadanya tidak kempis semakin kedalam.
Sindrom Achondraplasia yang diderita oleh bayi Darkisem, bisa saja merupakan dampak dari stress yang diderita oleh Darkisem. Di PHK pada saat hamil dengan suami yang tidak bekerja, tentu dapat membuat kondisi kejiwaan Darkisem terganggu. Strees tentu saja menghadapi kesulitan ekonomi dengan tiga anak yang masih membutuhkan biaya hidup.
Darkisem dan keluarganya menempati rumah kontrakan seharga Rp. 600.000 ribu sebulan. Anak pertamanya sudah bekerja sebagai OB disebuah kantor di Jakarta dengan gaji sebesar Rp. 1.000.000 sebulan. Sedangkan suaminya hanya ngojek yang tidak bisa dipastikan setiap hari mendapat uang. Anak kedua Darkisem sekolah di salah satu SMA swasta di Bekasi.
Semenjak didiagnosa menderita Sindrom Achondraplasia, Arsylla diharuskan berobat jalan dua minggu sekali di RS Cipto Mangunkusumo, organisasi tempat Darkisem bernaung yaitu SBGTS GSBI PT Sungintex membantu mengurus surat keterangan tidak mampu dan meminta keringan ke Dinas Sosial sehingga untuk pengobatan bisa gratis. Tetapi ongkos berobat dari Bekasi ke RSCM tidak sedikit. Dan itu memberatkan Darkisem sehingga selama beberapa bulan ini therapy dihentikan.
Darkisem masih berharap bisa bekerja di PT Sungintex (Sion Indonesia), walaupun dengan kondisi yang sulit karena harus meninggalkan bayinya, tetapi dengan bekerja Darkisem akan mendapat upah tetap tiap bulan yang minimal bisa membantu untuk memecahkan persoalan hidup.
Atas kasus yang di derita Darkisem ini, DPP GSBI bersama pimpinan SBGTS -GSBI PT Sungintex Sion Indonesia melakukan pendampingan kasusnya yang saat ini sedang berproses di PHI-Bandung, Jawa barat. Selain pendampingan kasus PHK nya, GSBI juga terus menggalang bantuan (mengumpulkan donasi) khususnya dari anggota-anggota GSBI dari berbagai pabrik untuk membantu meringankan bebaan ekonominya Darkisem.
Maka bagi siapapun yang berkehendak membantu, menyumbangkan sebagian rezeki nya bisa menghubungi DPP GSBI atau pimpinan SBGTS-GSBI Pt Sungintex Sion Indonesia. [kk,Des19].
x
Baca juga : https://www.infogsbi.or.id/2019/11/darkisem-mengajukan-cuti-hamil-malah-di.html
Tanggal 08 Desember 2017 Darkisem melahirkan bayi perempuan yang diberi nama Arsylla.
Malang tidak dapat ditolak, keadaan bayi Darkisem lahir dengan kondisi mengenaskan, bayi malang itu menderita Sindrom Achondraplasia (Sindrom Keterlambatan pertumbuhan tulang) sehingga bayi berusia 22 bulan ini masih belum bisa apa-apa. Badannya lemah kurus, kepala membesar, kaki leter X, tidak bisa bergerak bahkan juga berbicara sekedar mengucapkan mama saja tidak bisa. Dadanya tidak kempis semakin kedalam.
Sindrom Achondraplasia yang diderita oleh bayi Darkisem, bisa saja merupakan dampak dari stress yang diderita oleh Darkisem. Di PHK pada saat hamil dengan suami yang tidak bekerja, tentu dapat membuat kondisi kejiwaan Darkisem terganggu. Strees tentu saja menghadapi kesulitan ekonomi dengan tiga anak yang masih membutuhkan biaya hidup.
Darkisem dan keluarganya menempati rumah kontrakan seharga Rp. 600.000 ribu sebulan. Anak pertamanya sudah bekerja sebagai OB disebuah kantor di Jakarta dengan gaji sebesar Rp. 1.000.000 sebulan. Sedangkan suaminya hanya ngojek yang tidak bisa dipastikan setiap hari mendapat uang. Anak kedua Darkisem sekolah di salah satu SMA swasta di Bekasi.
Semenjak didiagnosa menderita Sindrom Achondraplasia, Arsylla diharuskan berobat jalan dua minggu sekali di RS Cipto Mangunkusumo, organisasi tempat Darkisem bernaung yaitu SBGTS GSBI PT Sungintex membantu mengurus surat keterangan tidak mampu dan meminta keringan ke Dinas Sosial sehingga untuk pengobatan bisa gratis. Tetapi ongkos berobat dari Bekasi ke RSCM tidak sedikit. Dan itu memberatkan Darkisem sehingga selama beberapa bulan ini therapy dihentikan.
Darkisem masih berharap bisa bekerja di PT Sungintex (Sion Indonesia), walaupun dengan kondisi yang sulit karena harus meninggalkan bayinya, tetapi dengan bekerja Darkisem akan mendapat upah tetap tiap bulan yang minimal bisa membantu untuk memecahkan persoalan hidup.
Atas kasus yang di derita Darkisem ini, DPP GSBI bersama pimpinan SBGTS -GSBI PT Sungintex Sion Indonesia melakukan pendampingan kasusnya yang saat ini sedang berproses di PHI-Bandung, Jawa barat. Selain pendampingan kasus PHK nya, GSBI juga terus menggalang bantuan (mengumpulkan donasi) khususnya dari anggota-anggota GSBI dari berbagai pabrik untuk membantu meringankan bebaan ekonominya Darkisem.
Maka bagi siapapun yang berkehendak membantu, menyumbangkan sebagian rezeki nya bisa menghubungi DPP GSBI atau pimpinan SBGTS-GSBI Pt Sungintex Sion Indonesia. [kk,Des19].
x