Belajar dari Pemogokan Buruh di Prancis dan India

Pemogokan Buruh di Prancis

Belajar dari Pemogokan Buruh di Prancis dan India

INFO GSBI. Pemogokan (strike) adalah bentuk tindakan yang dilakukan oleh kaum buruh secara perseorangan ataupun berkelompok dengan cara berhenti bekerja atau menghentikan seluruh aktifitas produksi. Pemogokan atau mogok kerja yang dilakukan bisa berlangsung dalam sehari, berhari-hari, seminggu atau berminggu-minggu, bahkan ada juga yang berlangsung berbulan-bulan hingga tujuan dari pemogokan terpenuhi.  

Dalam sejarah gerakan buruh dibelahan dunia dituliskan, pemogokan atau mogok kerja  menjadi “senjata” dan kekuatan kolektif bagi kaum buruh untuk menuntut perbaikan kondisi kerja dan tuntutan kesejahteraan lainnya. Sejarah juga mencatat, tuntutan-tuntutan dalam mogok kerja yang disuarakan klas buruh tidak hanya kepentingan klas buruh semata, tapi juga lintas sektor lainnya. Dan kemenangan yang masih dinikmati oleh klas buruh dari masa ke masa, seperti 8 jam kerja, upah minimum dan jaminan sosial adalah buah dari pemogokan. 

Pada hari Kamis (05/12/2019), Serikat Buruh Prancis menyerukan pemogokan umum (general strike) untuk menentang kebijakan Presiden Emmanuel Macron yang berrencana untuk melakukan reformasi sistem pensiun. Kebijakan reformasi sistem pensiun yang menambah batas usia pensiun dari 62 tahun menjadi 64 tahun dan menjadi satu sistem pensiun untuk semua orang yang bekerja. Pemerintahan Emmanuel Macron berdalil, bahwa reformasi sistem pensiun diperlukan untuk menjaga nilai fiskal dan menjamin kesejahteraan sosial yang berkelanjutan bagi rakyat Prancis. Tetapi bagi kaum buruh dan para pekerja profesional di Prancis berpandangan, reformasi sistem pensiun ala Macron menambah tindasan dan penghisapan terhadap kaum buruh serta memangkas akses manfaat pensiun bagi jutaan orang yang bekerja, terutama kaum muda dan orang tua. 

Setahun setelah gerakan rompi kuning (yellow vests movement), Presiden Macron terus menerus mengeluarkan kebijakan yang memicu kemarahan rakyat Prancis dari berbagai sektor. Pemogokan yang dilancarkan pada 5 Desember 2019 diklaim sebagai mobilisasi terbesar di Prancis sejak 1995, 2006 dan 2010. Gerakan pemogokan umum yang tidak hanya diikuti oleh klas buruh atau anggota-anggota serikat buruh, tetapi juga diikuti pengawai negeri dan swasta, supir-supir, para guru/dosen, pekerja layanan darurat, juga para pelajar dan mahasiwa. 

Akibat pemogokan umum dan partisipasi massa yang meluas memberi dampak luas, 90% dari semua jalur kereta api dibatalkan, statiun Metro ditutup di seluruh Prancis, 40 % sekolah ditutup, dan ratusan penerbangan dibatalkan. Para tenaga kesehatan dan dokter juga turut berpartisipasi dalam pemogokan umum bersama kaum buruh,  perkantoran, gerai toko, kafe dan restoran yang menutup usahanya, nyaris melumpuhkan ekonomi nasional Prancis.  

Tidak hanya klas buruh dan pekerja di Prancis yang mengorganisasikan pemogokan umum, klas buruh dan rakyat diberbagai negeri juga memobilisasi pemogokan umum. Pemogokan yang dilancarkan untuk melawan kebijakan rezim boneka pemerintahanan mereka. Ada banyak isu yang menjadi pemicu dari kemarahan rakyat dan klas buruh di berbagai negeri, seperti kaum buruh di Chili yang harus turun ke jalan setelah terjadinya kenaikan ongkos metro sebesar 4 sen. 

Jutaan Buruh India lakukan Mogok Kerja

Bahkan India pun tidak terlepas dari perlawanan rakyat. Sekurangnya 250 juta kaum buruh di India – seperlima dari populasi besar India – ambil bagian dalam pemogokan umum nasional yang dilakukan pada 8 Januari 2020 lalu. Pusat Serikat Pekerja India (CITU-the Center of Indian Trade Union) salah satu serikat buruh yang memobilisasi pemogokan umum menyatakan bahwa pemogokan umum diarahkan untuk melawan kebijakan Perdana Menteri Narendra Modi yang “anti buruh”. 

CITU menilai bahwa program neoliberal pemerintahan BJP, yang salah satunya mencakup privatisasi layanan publik,  semakin memperdalam krisis ekonomi dalam negeri India, dan mengakibatkan lonjakan pengangguran, pelanggaran terhadap hak-hak buruh, syarat dan kondisi kerja yang lebih buruk diberbagai sektor industri. Pemogokan umum kaum buruh India hampir terjadi diseluruh bagian wilayah negara, tidak hanya menyuarakan isu-isu buruh dalam tuntutan-tuntutan mereka. 

Pemogokan umum yang diorganisasikan oleh gerakan buruh India ini mendapat dukungan besar dari rakyat India dari berbagai sektor, pekerja di pedesaan dan pertanian yang turut serta dalam pemogokan untuk menyuarakan isu-isu seputar agraria yang semakin memburuk. Demontrasi besar dan meluas ini direspon oleh pemerintahan Narendra Modi dengan memobilisasi pasukan keamanan yang berlipat melakukan pemukulan dan penangkapan terhadap kaum buruh dan rakyat yang berpartisipasi dalam pemogokan umum tersebut. Meski mendapatkan serangan dan pemukulan dari pasukan keamanan, Tapan San (Sekjend CITU) menyatakan bahwa,  “serangan fasis” yang dilakukan pemeritahan Modi semakin membuka jalan bagi persatuan rakyat tertindas yang lebih luas, dan melancarkan perjuangan yang lebih keras terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang anti rakyat dan anti buruh.” 

Pelajaran penting yang didapat dari pemogokan umum yang dilakukan oleh gerakan buruh di Prancis dan India di bulan akhir 2019 dan awal 2020 lalu, tidak hanya belajar bagaimana gerakan buruh di Prancis dan India mampu memobilisasi gerakan protes yang besar dan meluas, maupun bagaimana menjaga stamina dan semangat yang terus bergelora. Tetapi juga mengajarkan pada kita pentingnya membangun persatuan dengan berbagai sektor massa rakyat. Seperti gerakan buruh di Prancis yang melancarkan aksi mogok kerja hingga di awal tahun 2020, menempatkan pemogokan umum menjadi momentum penting dalam menumbuhkan kesadaran dan kepercayaan diantara massa buruh dan orang yang bekerja. Momen yang menegaskan kembali arti penting kekuatan dan persatuan klas buruh bersama dengan sektor massa rakyat dalam merubah sistem dan tatanan sosial yang lebih adil.[Emelia Yanti Siahaan]#