GSBI Mendukung Perjuangan Buruh Haribo Jerman Memperjuangkan Haknya
INFO-GSBI –Jakarta. Pada akhir November 2020, manajemen perusahaan ‘HARIBO” milik keluarga yang beroperasi secara internasional, memberi t...
INFO-GSBI –Jakarta. Pada akhir November 2020, manajemen perusahaan ‘HARIBO” milik keluarga yang beroperasi secara internasional, memberi tahu 150 buruhnya di lokasi produksi di Wilkau-Hasslau Jerman dalam pernyataan tiga menit tentang keputusan perusahaan untuk menutup pabrik pada akhir tahun.
Buruh bahkan tidak diberikan kesempatan untuk bertanya tentang alasan keputusan manajemen dan untuk membahas masa depan para buruh.
Buruh bagian produksi HARIBO ditinggalkan begitu saja oleh manajemen beberapa menit setelah menerima kabar buruk—hanya satu bulan menjelang Natal dan selama masa pandemi global. Situasi ini menimbulkan situasi yang serba tidak pasti bagi para buruh dan krisis keuangan bagi banyak orang.
GSBI sangat memahami situasi buruh Haribo di Wilkau-Hasslau, Jerman sangat terpukul. Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi buruh selain kehilangan pekerjaan (PHK) terlebih di tengah situasi pandemi Covid19 dan hanya satu bulan menjelang hari perayaan Natal dan tahun baru 2021 lalu.
Untuk itu Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI) sebagai pusat perjuangan buruh di Indonesia, sebagai serikat buruh nasional yang militan, independen, patriotik dan demokratik yang menghimpun berbagai serikat buruh dari berbagai sektor industri salah satunya di sektor industri Kelapa Sawit menyampikan solidaritas klas buruh, GSBI mendukung penuh upaya buruh Haribo memperjuangkan haknya.
Dukungan solidaritas perjuangan GSBI ini langsung di sampaikan oleh Rudi HB. Daman selaku Ketua Umum GSBI.
Rudi HB Daman mengatakan, GSBI mendukung perjuangan buruh HARIBO di Jerman untuk mendapatkan hak-haknya. Penutupan pabrik dengan alasan permesinan dan bangunan pabrik yang kuno, serta situs produksi yang tidak lagi menguntungkan tidak bisa diterima begitu saja. Hal ini terutama mengingat dari informasi dan data yang GSBI terima bahwa buruh telah bekerja selama lebih dari 30 tahun dan berkontribusi atas kesuksesan Haribo di pasar internasional dan reputasinya atas popularitas permen yang dijual.
Lebih lanjut Rudi mengatakan, dukungan GSBI kami berikan bukan hanya sekedar atas dasar perasaan sepenanggungan sebagai sesama kelas buruh. Namun juga atas dasar bahwa produksi permen karet Haribo menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan bakunya, sementara perusahaan Haribo itu sendiri merupakan anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Artinya, sangat besar kemungkinan bahwa bahan baku permen karet Haribo berasal dari Indonesia sebagai negara penghasil minyak kelapa sawit, dimana organisasi Serikat Buruh Anggota (SBA) GSBI juga berada di sektor Industri Kelapa Sawit ini.
Bagi GSBI, dukungan bagi buruh yang berada dalam jaringan produksi global kelapa sawit dan berbagai sektor industri lainnya diseluruh dunia yang diperlakukan tidak adil adalah suatu kewajiban. Sebab solidaritas nyata klas buruh adalah kekuatan utamanya.
dan birikut ini adalah lampiran artikel berita tentang Haribo
Haribo itu Runtuh dalam beberapa Menit
Pada akhir November 2020, manajemen perusahaan milik keluarga yang beroperasi secara internasional, memberi tahu 150 buruh di lokasi produksi di Wilkau-Hasslau-Jerman dalam pernyataan tiga menit tentang keputusan perusahaan untuk menutup pabrik pada akhir tahun.
“Anak-anak dan orang dewasa sangat menyukainya – dunia HARIBO yang bahagia” adalah slogan resmi dari produsen permen Jerman HARIBO. Bagi 150 buruh HARIBO dan keluarganya di Jerman Timur, “dunia HARIBO yang bahagia” itu runtuh dalam beberapa menit.
Padahal buruh baru saja merayakan 30 tahun afiliasi dengan perusahaan, bangga menjadi bagian dari keluarga HARIBO yang sering dipuji. Sekarang mereka memperjuangkan masa depan penghidupan mereka. Perjuangan ini mendapat dukungan dari serikat buruh, politisi lokal, dan warga lokal.
Para buruh bagian produksi HARIBO ditinggalkan sendiri oleh manajemen beberapa menit setelah menerima kabar buruk—hanya satu bulan menjelang Natal dan selama masa pandemi global. Hal ini menimbulkan situasi yang serba tidak pasti bagi para buruh dan krisis keuangan bagi banyak orang.
Buruh bahkan tidak diberikan kesempatan untuk bertanya tentang alasan keputusan manajemen dan untuk membahas masa depan para buruh. “Mereka baru saja menawari kami pekerjaan di tempat produksi lain, namun jaraknya 500km dari rumah dan keluarga kami,” kata para buruh. Pilihan ini tidak masuk akal bagi sebagian besar buruh yang telah lama tinggal di kota saat ini¬—dan juga merupakan kampung halamannya.
HARIBO adalah perusahaan milik keluarga, didirikan pada 1920 oleh Hans Riegel di kota Bonn, Jerman Barat. Pabrik di Wilkau-Hasslau memproduksi permen untuk HARIBO dan perusahaan Jerman Barat lainnya sebelum reunifikasi Jerman pada tahun 1990.
Setelah reunifikasi Jerman Barat dan Jerman Timur, HARIBO mengambil alih lokasi produksi di Wilkau-Hasslau. Sejak itu, para buruh menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan, yang kini dibalas dengan penutupan pabrik.
HARIBO telah gagal berinvestasi di situs tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Manajemen berpendapat lokasi produksi tidak cukup menguntungkan karena bangunan pabrik dan mesin yang sudah ketinggalan zaman. Sementara itu, aset kekayaan Keluarga Riegel berkisar lebih dari 2 miliar Euro dan termasuk satu di antara seratus keluarga terkaya di Jerman.
Serikat Buruh Jerman NGG, mengkritik keras keputusan dan perilaku Haribo
Serikat Buruh Jerman NGG, mengkritik keras keputusan dan perilaku perusahaan terhadap karyawannya. “Pabrik Haribo di Wilkau-Hasslau adalah gambaran bagaimana perusahaan hanya memikirkan keuntungan. Pekerjaan dan prospek hidup harus dikorbankan demi target keuntungan; sebuah lapangan pekerjaan penting akan menghilang dari kawasan ini,” kata Thomas Lissner, NGG.
Lebih lanjut dia berpendapat, “Saya tidak tahu apa hubungannya dengan bisnis keluarga yang merayakan ulang tahunnya yang ke-100 tahun ini. Ternyata, keluarga Haribo hanya mencakup pemilik dan pengelola perusahaan. Itu adalah kapitalisme murni. Kami menuntut keputusan untuk menutup perusahaan dicabut dan mencari alternatif bagi masa depan buruh.”
HARIBO menjual permennya ke seluruh dunia, lokasi produksinya sebagian besar terletak di Jerman dan negara tetangga. Perusahaan ini juga anggota RSPO dan, menurut angka sendiri, mengonsumsi 3251 ton minyak sawit pada 2019. []