Pernyataan Sikap GSBI Menolak Gelombang PHK dan Menuntut Kenaikan Upah karena Resesi-Stagflasi Global
Pernyataan Sikap Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI) Nomor : PS.00011/DPP.GSBI/JKT/X/2022 Menentang Gelombang PHK dan Menuntut Kenaik...
https://www.infogsbi.or.id/2022/10/pernyataan-sikap-gsbi-menolak-gelombang.html
Pernyataan Sikap Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI)
Nomor : PS.00011/DPP.GSBI/JKT/X/2022
Salam Demokrasi !!!
Situasi dunia yang belum
pulih dari krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19, kini disusul oleh krisis
inflasi tinggi yang menyebabkan resesi-stagflasi yang memperburuk perekonomian
dunia. Situasi ini kian buruk di tengah krisis iklim yang memicu krisis pangan
dan bencana alam; krisis energi yang memicu kenaikan harga-harga kebutuhan
pokok dan kebutuhan dasar hidup; hingga krisis hutang luar negeri bagi
negeri-negeri miskin dan bergantung; sungguh telah membawa babak baru yang
memperburuk penghidupan rakyat dunia tanpa kecuali.
Akar masalah yang
melahirkan krisis dunia sekarang, tak lain karena terjadinya pertarungan yang
makin sengit di antara kekuatan besar negeri-negeri imperialis dunia. Perang
dan persaingan memperebutkan pasar kapital, barang, dan jasa semakin keras,
kasar, dan tajam. Termasuk perang secara militer sebagai bentuk krisis paling
barbar seperti Perang Proxy di Ukraina antara rezim Ukraina dukungan AS-UE-NATO
melawan imperialis Rusia. Perang telah menyebabkan ribuan korban jiwa, ratusan
ribu rakyat mengungsi, kerusakan rumah dan bangunan, infrastruktur vital, dan
hancurnya ruang hidup aman dan nyaman sebagian rakyat dunia.
Dampak perang proxy
tersebut telah menyebabkan krisis energi dan pangan karena terganggunya rantai
pasok migas dan bahan baku pangan untuk memenuhi pasar komoditas dunia. Situasi
ini memicu malapetaka di pasar komoditas dunia, kenaikan harga dan inflasi
tinggi melebihi skala upah buruh dan pendapatan rata-rata rakyat dunia.
Jatuhnya daya beli mayoritas rakyat dunia, telah berdampak pada dunia industri
kapitalis mengalami over-produksi, terganggunya akumulasi kapital dan proses
reproduksi berikut penurunan produksi secara signifikan.
Dunia industri di
berbagai sektor mengalami dampak besar selama pandemi Covid19 hingga
resesi-stagflasi global sekarang. Krisis energi dan kenaikan harga BBM menjadi
pemicu inflasi, membawa dampak besar bagi buruh di sektor industri manufaktur,
transportasi, niaga, properti, hingga pariwisata. Kemerosotan dan kesuraman
ekonomi dunia mewarnai semua pandangan borjuasi sepanjang tahun 2022 hingga
2023. Pengusaha-pengusaha besar secara sepihak mengambil keuntungan berdalih
situasi resesi dengan semakin gencar menuntut segera diterapkannya sistem
perburuhan yang lebih fleksibel, merampas upah, merumahkan buruh tanpa upah,
merampas hak cuti, memaksa pensiun dini, hingga melakukan PHK massal bagi buruh
PKWTT maupun PKWT. Kehancuran tenaga produktif, pengangguran dan kemiskinan
massal semakin mewabah yang dilahirkan oleh sistem kapitalisme monopoli dunia
sekarang ini.
Situasi genting dan
mendesak tersebut menuntut sikap dan tindakan kolektif dari klas buruh bersama
seluruh rakyat agar dapat menghadapi bencana sistemik kapitalisme monopoli
dengan bersatu dan berjuang.
Belajar pada Gerakan Buruh di AS dan Eropa Bangkit dan Menutut
Kenaikan Upah dan Perbaikan Kondisi Kerja.
Amerika Serikat, setelah
diguncang pemogokan besar (striketober) yang melibatkan 100ribu lebih klas
pekerja pada bulan Oktober 2021 tahun lalu yang mencakup hampir semua sektor
industri, kini di bawah tekanan inflasi tinggi, gerakan buruh di AS kembali
bangkit melancarkan pemogokan kerja. Pada bulan September 2022, sebanyak 15.000
buruh sektor kesehatan swasta melakukan mogok kerja menuntut kenaikan upah dan
kondisi kerja yang lebih baik. Pada bulan yang sama, serikat buruh kereta api
AS mengancam melakukan pemogokan massal secara nasional menuntut kenaikan upah
24%, perbaikan kondisi kerja dan bonus. Namun setelah menjalani 20 jam
perundingan yang panjang dan alot, Presiden AS Joe Biden melakukan intervensi
yang memaksa tercapainya kesepakatan tentatif dan menunda rencana pemogokan
yang akan melumpuhkah ekonomi nasional AS.
Gerakan buruh di benua
Eropa juga bangkit dan menuntut redistribusi laba perusahaaan seiring naiknya
harga-harga kebutuhan hidup.
Di Inggris, sebanyak 155
ribu Buruh melakukan mogok kerja menuntut kenaikan upah akibat tingginya biaya
hidup. Mereka mewakili buruh transportasi kereta api, kantor pos, jurnalis,
hingga pengacara. Berbagai profesi seperti guru, dokter, dan perawat juga akan
melakukan aksi yang sama. Unjuk rasa ini sebagai respon atas lonjakan inflasi
yang menghantam perekonomian Inggris. Kenaikan inflasi tidak diimbangi kenaikan
upah riil, akibat tingginya harga energi yang belum terkendali. Rata-rata
tagihan energi rumah tangga naik sebesar 54% tahun ini, bahkan diprediksi akan
naik hingga 80%. Mogok kerja ini merupakan gelombang pemogokan terbesar di
Inggris sejak akhir 1970an.
Di Jerman, pemogokan juga
terjadi di perusahaan maskapai terbesar Lufthansa, SB Masinis Kereta Api dan
Pekerja Bandar udara. Sebanyak 5.000 pilot dan ratusan masinis melancarkan
mogok kerja menuntut kenaikan gaji sebesar 5,5 persen menyesuaikan angka
inflasi hingga 2023 mendatang. Pemogokan ini telah melumpuhkan transportasi
publik nasional di Jerman. Hanya dengan cara itu tuntutan buruh baru
didengarkan oleh pemerintah dan perusahaan besar swasta.
Di Prancis seruan
pemogokan nasional juga terjadi sebagai respon sikap atas kenaikan inflasi
dengan menuntut kenaikan upah hingga 10%. Pemogokan ini meliputi sektor
transportasi, sekolah, listrik hingga buruh pekerja minyak terbesar di Prancis
Total Energi dan Esso-Exxonmobile yang melumpuhkan kilang minyak dan pom
bensin. Prancis sempat mengalami kelangkaan minyak di seluruh pom bensin karena
pemogokan ini.
Belajar dari seluruh
perlawanan buruh tersebut, dengan jelas menunjukkan pesan kuat kepada buruh
untuk bersatu dan berjuang melakukan berbagai bentuk perlawanan bertahan aktif
dari serangan kapitalis dan kebijakan negara yang merampas upah dan kondisi
kerja yang lebih baik. Pemogokan kerja dan kampanye protes massal adalah
senjata perjuangan utama buruh. Tanpa ada pemogokan kerja dan protes massal
maka nilai tawar buruh akan semakin rendah dan kemerosotan upah dan kondisi
kerja semakin memburuk.
Situasi Industrial dan Perburuhan Nasional
Salah satu sektor
industri andalan Indonesia dalam dokumen RIPIN (Rencana Induk Pembangunan
Industri Nasional) yang ditetapkan oleh pemerintah pada tahun 2015 yang berlaku
hingga tahun 2035 menempatkan sektor indutri Garmen, Tekstil, Sepatu, Kulit
menjadi prioritas nomor 3 dalam pembangunanya.
Faktanya sejak dokumen
RIPIN ditetapkan 7 tahun yang lalu hingga sekarang industri ini sepenuhnya
masih bergantung pada aliran kapital asing, mesin dan teknologi asing, bahan
baku asing, dan orentasi pasar asing/ekspor. Membuat industri ini sangat
ringkih, rentan, dan tak dapat diandalkan. Sektor produksi barang komoditas
non-pokok ini sangat sensitif terhadap penurunan daya beli. Apa lagi hampir 90%
produk-produk dari sektor industri ini tujuan ekportnya ke Eropa dan Amerika
yang sekarang dilanda hyper inflasi yang mengakibatkan penurunan daya beli
masyarakatnya.
Per September-Oktober
2022 studi internal GSBI mencatat 15 perusahaan (12 diantaranya perusahaan
disektor Garment, Tekstil, Sepatu, dan Kulit, 3 perusahaan masing-masing
disektor makanan minuman, pengolahan kayu, dan minyak goreng) di DKI Jakarta,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan cakupan buruh/Jumlah
buruh mencapai lebih dari 100.000 buruh terdampak akibat perusahaan melakukan
pengurangan jam kerja yang berdampak pada buruh kehilangan 50% upahnya akibat
dirumahkan bahkan terdapat juga buruh kehilangan upahnya akibat dirumahkan
tanpa diupah oleh pengusaha, buruh kehilangan hak cutinya akibat dirampas
pengusaha yang meliburkan kerja buruhnya dengan mengunakan hak cuti buruh yang
diatur atas dasar kepentingan pengusaha, memaksa pensiun dini dengan
pengurangan nilai pesangon, hingga PHK massal terhadap buruh PKWTT dan
menggantikanya dengan buruh kontrak/ Outshourching/BHL. Pada intinya ։
1) Sektor produksi barang komoditas non-pokok yang sensitif terhadap
penurunan daya beli seperti industri Tekstil, Garmen, Sepatu dan Kulit (TGSL)
yang umumnya berorentasi ekspor, selain industri Spare-part dan otomotif,
elektronik, peralatan rumah tangga, properti hingga pariwisata.
2) Sektor industri yang memiliki ketergantungan tinggi atas teknologi
mesin dan bahan baku impor. Naiknya nilai kurs mata uang dolar AS (USD) secara
pasti berpengaruh terhadap kenaikan belanja harga bahan baku impor, selain
terganggunya rantai pasok akibat krisis perang di Ukraina.
3) Sektor industri berorientasi ekspor karena jatuhnya daya beli di
negeri-negeri tujuan ekspor utama seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang,
Cina hingga Korea Selatan.
4) Sektor industri yang memiliki hutang di bank karena sekarang memasuki
era suku bunga tinggi sebagai dampak kebijakan The Fed di AS. Bank Indonesia
sendiri sepanjang tahun 2022 telah menaikkan suku bunga sebesar 125 basis poin
dan sekarang suku bunga sebesar 4,75% dan akan terus naik mengikuti kebijakan
the Fed.
Seluruh faktor tersebut
di atas secara situasional turut mempengaruhi tingkat laba
perusahaan-perusahaan besar padat modal maupun padat karya yang berorientasi
ekspor. Namun bukan berarti itu menjadi dasar alasan untuk melakukan PHK tanpa
pertanggung-jawaban moral maupun ekonomi kepada kepentingan buruh secara umum.
Pengusaha dan pemerintah harus bertanggung jawab agar tidak semakin memperburuk
situasi penghidupan rakyat pekerja dan memperburuk inflasi karena bertambahnya
angka kemiskinan dan pengangguran massal.
Ditengah dampak inflasi
akibat kenaikan harga BBM bulan September dan merembet pada kenaikan harga
kebutuhan pokok belum usai, ditambah dalih resesi global pengusaha melakukan
perampasan hak-hak buruh hingga hilangnya pekerjaan menambah semakin akutnya
penderitaan klas buruh di negeri ini. Sebagaimana yang dilakukan oleh APINDO, API, APRESINDO, KOFA dan KOGA yang
mendesak pemerintah dalam hal ini Kemnaker RI untuk membuat aturan tambahan
tentang fleksibilitas jam jam kerja dan upah buruh dan hal ini diaminkan oleh
pemerintah.
Maka dari itu, Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI) sebagai serikat buruh nasional, pusat
perjuangan buruh dan serikat buruh (Vaksentral) di Indonesia berpendapat sekaligus menyatakan sikap
bahwa situasi sekarang menuntut gerakan buruh harus bersikap kompak dalam
persatuan dan perjuangan massa, utamanya di sektor-sektor industri yang paling
terdampak oleh badai resesi-stagflasi dunia. Langkah-langkah persatuan dan
perjuangan tersebut harus melandasi
sikap dan tindakan perlawanan kolektif klas buruh dan persatuannya bersama
rakyat tertindas lainnya, bagaimana menghadapi pengusaha maupun melancarkan
tuntutan kepada pemerintah pusat maupun daerah agar melindungi kepentingan
kolektif buruh Indonesia. Serta belajar dari gerakan buruh di negeri-negeri
kapitalis, pemogokan dan kampanye massal telah menjadi senjata paling kuat
untuk memaksa pengusaha dan pemerintah duduk ke meja perundingan bersama
serikat-serikat buruh dengan penuh martabat. Tanpa persatuan dan tindakan
kolektif pemogokan yang memukul kepentingan perusahaan, maka pengusaha akan
terus sewenang-wenang membuat keputusan sepihak merugikan klas buruh.
Dan dalam momentum ini
Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI) menuntut kepada pemerintahan Jokowi-MA
untuk ։
- Hentikan PHK dalam bentuk dan dengan alasan apapun, dan Stop Rampas Upah Buruh.
- Berikan jaminan upah dan hak-hak buruh secara penuh.
- Naikkan upah buruh 2023 di atas angka inflasi nasional untuk perbaikan hidup buruh di masa krisis.
- Tolak dan Cabut Omnibuslaw Cipta Kerja (UU Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja) dan seluruh produk hukum turunannya.
Demikian pernyataan sikap
ini kami buat dan sampaikan untuk menjadi perhatian dan tuntutannya untuk
dilaksanakan.
GSBI juga menyerukan
kepada kaum buruh dan seluruh serikat pekerja, serikat buruh baik federasi
ataupun konfederasi dan berbagai formasi serikat buruh untuk Bersatu, Memperkuat
Persatuan dan Perjuangan Buruh Indonesia, Kobarkan Gerakan Pemogokan dan Protes
Nasional Sebagai Jalan Lurus Terkuat Memaksa Pengusaha dan Pemerintah
Menghentikan PHK dan Naikan Upah Buruh di Tengah Resesi-Stagflasi Global.
Galang Solidaritas Lawan
Penindasan !!
Klas Buruh Indonesia
Pemimpin Pembebasan !!
Jakarta, 28 Oktober 2022
Hormat Kami,
DEWAN PIMPINAN PUSAT
GABUNGAN SERIKAT BURUH INDONESIA (DPP. GSBI)
RUDI HB. DAMAN
Ketua Umum
EMELIA YANTI
MD.SIAHAAN, SH
Sekretaris Jenderal